Jimin masih memandang Mina, gusar.
Ice Coffee yang sedari tadi ia pesan, hanya diam diatas meja. Es batu yang ada disana mulai mencair, bahkan sebelum Jimin meminumnya.
Lelaki itu lebih memilih menatap Mina, mencoba menyelami pikiran gadis yang sedari tadi tak mau angkat bicara ini.
Mina hanya termangu disana, wajahnya sedikit menunduk, membuat beberapa helai rambutnya menutupi wajah cantik Mina.
Ia tetap bungkam, tak peduli pada tatapan tajam Jimin yang kini seperti mengintrogasinya.
"Kenapa kau tiba tibaㅡ" Jimin menghela nafas, menyadari sudah yang kesekian kali ia menanyakan hal ini pada Mina.
"Sebenarnya apa yang terjadi?"
Tak ada sahutan, sama seperti sebelumnya, meskipun Jimin mengubah pertanyaannya. Mina tak berniat menjawab pertanyaan Jimin sama sekali.
Sementara pikirannya?
Pikiran Mina sendiri kalut.
Ada rasa bahagia disana.
Mengingat bagaimana ayahnya memberi uang untuk melunasi hutang yang membebaninya beberapa saat belakangan. Akira Myoui juga berkata akan memperbaiki sikapnya, membayar biaya rumah sakit untuk sang ibu, dan mengajak Mina beserta ibunya untuk memperbaiki hidup mereka, sekali lagi.
Jalannya?
Pindah ke tempat yang baru.
Sang ayah memiliki usaha yang ia rintis beberapa waktu belakangan di Mokpo, sebuah kota kecil di ujung Korea Selatan. Bukan usaha besar, namun hal itu cukup menunjukkan pada Mina, bahwa ayahnya sudah menjadi lebih baik saat ini.
Bahagia; Mina harus jujur soal itu.
Namun mengingat nama Jimin, hatinya seolah terhenyak.
Lelaki yang kini didepanna ini membuat Mina sedikit ragu untuk pergi.
Ia menyukai Jimin, dan hal itu membuat hati Mina terasa sakit.
Mina tak ingin berpisah dengan Jimin, meskipun sebenarnya jarak Seoul dan Mokpo hanya berselang 4 jam, namun Mina sama sekali tak ingin pergi.
Hanya karena waktu tempuh itu, bukan berarti Jimin mau repot repot pergi ke Mokpo hanya untuk menemuinya.
Heh. What's her for Jimin, anyway?
"Jawab aku, Myoui. Aku mohon."
Suara Jimin terdengar lagi, lelaki itu menatapnya putus asa.
Sementara Mina, hanya memilih untuk memandangnya sekilas. Gadis itu meremat ujung blazernya erat, sebelum memberanikan diri menatap Jimin.
"Ayah mengajakku dan eomma untuk tinggal dengannya di Mokpo."
Dan dengan itu, cerita singkat dari Mina keluar dengan sulit, membuat Jimin sesekali menghela nafas, dan Mina mati matian menahan diri agar tak menjadi semakin melankolis.
Jimin terdiam sejenak, sekilas lelaki itu merasa bahwa semuanya begitu cepat.
Pertemuannya dengan Mina begitu cepat.
Kepura puraan mereka pun sangat singkat.
Baru saja ia merasa sedikit bahagia, namun kini sumber kebahagiaannya itu akan diambil kembali.
"Pergilah,"
Satu kata yang sangat tidak Mina harapkan, kini keluar dari mulut Jimin.
Sungguh, ia berbohong jika mengatakan bahwa ia ingin mendengar kata itu dari lelaki didepannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Last Dance • PJM x Myoui Mina ( COMPLETED )
FanfictionHighest rank: #41 out of 3.7k stories in TWICE category. Menarilah untukku, hanya untukku ㅡPark Jimin. Kau, kau pikir semua didunia ini bisa jadi milikmu dengan mudah? ㅡMyoui Mina +Fanfiction