Mina bangun pagi pagi sekali, hanya untuk sedikit membuat sarapan. Percaya atau tidak, hatinya sedikit berdebar mengingat hari ini dirinya dan Jimin akan pergi ke Mokpo.
Dan memperkenalkan Jimin, sebagai kekasihnya.
Hanya sedikit sandwich, tak lebih. Mina tak mau Jimin kelaparan di perjalanan yang memakan waktu hingga 4 jam lamanya dari Seoul. Belum lagi kalau jalanan macet.
Tangan gadis itu dengan cekatan memasukkan sandwichnya kedalam kotak bekal sebelum mengemasnya kedalam satu tas yang sama dengan dua botol air minum.
Suara mobil yang berhenti didepan rumahnya, membuat Mina mengalihkan perhatiannya pada pintu depan. Ia belum membuka kunci pintu rumah maupun kunci gerbangnya, Jimin datang terlalu pagi. Gadis itu bahkan belum bersiap siap dan mengganti bajunya.
Mina meraih cardigan yang ia selampirkan diatas kursi makan dengan asal, sebelum meraih kunci gerbang dan keluar dari rumahnya.
Rasa dingin pagi hari menerpa tubuh itu dengan mudah, mengingat Mina hanya mengenakan gaun tidur tipis dan cardigan untuk menutupi bagian atas tubuhnya. Tangan Mina membuka gembok gerbang depannya dan yang pertama dilihatnya adalah Jimin yang berdiri didepannya.
Dengan kaus putih dan jaket bomber hijau gelapnya; dan kacamata hitam yang digantungkan di lingkar leher kaus polosnya.
Ah, bagaimana bisa seorang terlihat begitu tampan bahkan saat matahari belum muncul?
"Kau belum ganti baju?"
Jimin menyahut sembari mengikuti langkah Mina masuk ke dalam rumahnya. Matanya menatap punggung Mina yang terbalut cardigan berwarna putih dusty, serta kaki jenjangnya yang tak tertutupi apapun dari lutut hingga bawah.
Kepala gadisnya menggeleng pelan, sementara matanya melirik jam yang tergantung di dinding. Jarum jam menunjuk tepat pada angka 6, masih pagi. Namun tak ada salahnya untuk berangkat lebih awal.
"Aku akan ganti baju dan bersiap sebentar, kau lapar?"
Ia berjalan ke arah dapur sesaat sebelum meraih sebuah cangkir berwarna putih .
"Coffee? Atau the hangat?"
Jemari nya bergerak cepat tepat saat Jimin menyebut "coffee". Ia ingin sedikit memberi perhatian untuk kekasih yang akan menemaninya seharian ini; bukan hal buruk, bukan?
Tubuh Mina berbalik tepat setelah kopi yang ia buatkan untuk Jimin telah selesai dan nyaris saja, gelas kopi itu tumpah saat ternyata tubuh Jimin berdiri hanya beberapa senti dibelakang Mina.
"Aish—" Dengusan kecil keluar dari mulut Mina, matanya menatap Jimin dengan sengit. Sedikit lagi, Mina yakin kopi panas itu akan melumuri kaus putih Jimin. "Kenapa berdiri dibelakangku, sih?!"
Jimin hanya terkekeh dan memilih untuk tak merespon kekesalan Mina. Ia meraih gelas di tangan Mina dan meletakkan keatas meja. Satu trik lain, untuk mengikis jaraknya dan gadisnya.
"Kau selalu memakai baju setipis ini saat tidur?"
Alih alih menjawab pertanyaan Mina barusan, Jimin justru melayangkan pertanyaan lain yang hanya dibalas suara berdehem dari gadis didepannya.
"Aku harus siap siap—"
Tubuh gadis itu nyaris melangkah pergi saat Jimin mengunci kedua sisi Mina dengan meletakkan tangan kanan dan kirinya keatas counter; membuat Mina terjebak diantara kedua lengan itu dan jangan lupakan parfum citrus Jimin yang sukses memabukkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Last Dance • PJM x Myoui Mina ( COMPLETED )
FanfictionHighest rank: #41 out of 3.7k stories in TWICE category. Menarilah untukku, hanya untukku ㅡPark Jimin. Kau, kau pikir semua didunia ini bisa jadi milikmu dengan mudah? ㅡMyoui Mina +Fanfiction