His Kindness

2.4K 326 103
                                    


Mina masih terduduk dalam diam, membiarkan angin dingin dari jendela kamarnya menelusup masuk hingga tulangnya pun terasa menggigil.

Bibirnya memucat, seiring hari dan malamnya berganti. Badannya lebih memilih untuk duduk meringkuk dan mengabaikan rasa ngilu diperutnya. Ponsel yang mati karena kehabisan baterai sejak dua hari lalu pun Mina abaikan, seolah tak ingin peduli pada panggilan masuk ataupun pesan pesan yang datang.

Pikiran yang kacau dan hatinya yang tertekan, Mina sama sekali tak dapat berpikir jernih.

Sebelumnya, ia sudah meminta agar Namjoon tak mengatakan apa-apa pada siapapun termasuk Jimin. Biar hanya dia dan Mina yang tahu soal kehamilan Mina. Dan mina sungguh berharap si lelaki Park tak akan mengetahuinya dulu. Rasa takut terlanjur memenuhi hati Mina.

Memikirkan kemungkinan kemungkinan yang dapat terjadi membuatnya kalut. Jimin yang masih terlihat begitu terpaku pada Seulgi dan kenyataan bahwa belakangan ini mereka bahkan jarang bicara seolah menamparnya. Dan ia bahkan membayangkan reaksi Jimin saat tahu Mina mengandung anaknya, sedangkan Seulgi baru saja keguguran.

Dingin.

Hati Mina kini seakan ikut mendingin. Ia sungguh belum siap untuk kehilangan Jimin sama sekali.

Ketukan keras di pintu depan menghentikannya dari lamunan yang sudah terlalu jauh. Gadis itu hanya bergerak sedikit untuk turun dari kasur, dan mendadak perutnya sakit luar biasa. Ia memejamkan mata erat, mencoba meresapi rasa sakitnya.

Air mata Mina menetes, membayangkan bahwa janin didalam perutnya mungkin merasakan kesakitan yang lebih darinya. Janinnya—dan milik Jimin—kini terasa mencengkram, dan mendadak ada ketakutan besar menghantamnya.

Bagaimana bila kehidupan kecil didalam perutnya tiba tiba terenggut karena betapa buruknya Mina memperlakukan diri sendiri?

Gadis Myoui itu masih tak bergerak, ia bahkan menahan nafas; berharap itu bisa mengurangi rasa sakitnya. Satu kakinya dibiarkan menggantung dipinggiran kasur, sementara tangannya mulai mengelus perutnya lembut, tidak lagi mencengkram seperti yang Mina lakukan sebelumnya.

Hati hati, mina bergerak terbungkuk kearah pintu untuk sekedar membuka kuncinya. Dan tepat sebelum ia memutar kenop pintu, seseorang dari luar terlebih dahulu membuka pintu hingga Mina nyaris terantuk.

Lelaki itu berdiri disana, dengan wajah yang terbilang kacau dibandingkan penampilannya yang biasa. Dasi tak terpasang rapih, sedangkan rambut Namjoon tersisir acak. Dapat Mina tebak, lelaki itu sama kacaunya dengan dirinya. Dikedua tangan Namjoon ada kantung plastik dengan beberapa kotak makanan dan botol minum.

Matanya yang semula terlihat serius kini melembut, menatap gadis didepannya yang kini terlihat terlampau lemah. Namjoon dapat melihat guratan kelelahan, bibir pucat dan kering Mina yang kini senada dengan warna kulitnya, serta mata sembab dan kantung mata yang menggantung dengan buruk.

Dan Namjoon tahu, tidak seharusnya ia memikirkan egonya serta memilih untuk menjauh dari Mina sejak apa yang ia ketahui dirumah sakit dua hari lalu.

Mina meringis sejenak, sementara tangan kanan menggenggam kenop pintu erat erat hingga buku buku jarinya memutih; sekedar untuk membantu diri menyembunyikan rasa sakitnya.

"Ada apa, oppa?"

Suara itu lirih keluar, sebisa mungkin Mina menahan agar tak terlihat kacau didepan Namjoon. Sungguh, ia sama sekali tak ingin lelaki Kim ini mengasihaninya, lagi. Terabaikan Jimin sudah cukup menyakitkan, dikasihani orang lain pun membuat Mina sangat ingin mengubur dirinya sendiri.

Your Last Dance • PJM x Myoui Mina ( COMPLETED )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang