Wedding

3.1K 335 43
                                    

Nyaris 3 minggu.

Beberapa hari belakangan ini seperti neraka bagi Jimin.

Pekerjaannya menumpuk, mengalir deras. Jimin pun belum sempat membeli kado pernikahan untuk Seulgi yang akan diselenggarakan besok.

Bayangkan saja, ini hari sabtu dan Jimin masih harus duduk dibalik meja kerja di rumahnya; mengerjakan beberapa laporan pekerjaan yang entah kenapa tak kunjung rampung.

Dan satu hal lagi yang membebaninya.

Selama tiga minggu. Mina kembali memulai aksi mogok bicaranya. Ia sama sekali tak bicara dengan Jimin kecuali soal pekerjaan. Sialnya, Namjoon memanfaatkan kesempatan itu. Dirinya tak segan mendekati Mina, jelas jelas didepan matanya.

Semuanya terasa menyiksa. Mina harus tahu bagaimana sesaknya Jimin saat mereka berhenti bicara, ataupun saat Mina membuang pandangannya saat tatapan mereka bersibobrok.

Bila Seulgi bisa membuat perasaannya mereda dengan tidak mengajaknya bicara beberapa saat, berbeda dengan Mina.

Semakin Mina tak mengajaknya bicara, semakin jimin merasa tercekik.

Jangan katakan lelaki itu tak melakukan usaha apapun. Ia sudah amat sangat berusaha untuk sekedar mengajak Mina bicara, namun gadis itu tak merespon.

Mina seolah selalu memiliki cara sendiri untuk menghindarinya.

"Ah sial."

Tangannya memijat titik diantara kedua alisnya. Kepala Jimin mendadak terasa pusing.

Lelaki itu menggeram pelan sebelum memutuskan untuk bangun dari duduknya, sekedar mencuci muka dan meraih jaket kulit yang diselampirkannya di kursi dengan sembarang.

Jimin butuh udara segar. Mungkin keluar sebentar, sekaligus membeli hadiah untuk pernikahan Seulgi bukan hal buruk?

Bukan dengan mobilnya, kali ini entah kenapa Jimin justru ingin naik bus yang sejak dulu bahkan tak pernah ia sukai. Semenjak Mina mengajaknya ke sungai Han dengan bus dulu, Jimin kini suka suasana bus Seoul.

Baginya, kendaraan itu sebagai nostalgi sejenak, dan mengingatkannya pada rasa hangat yang ada dihatinya saat ia bersama Mina.

Kini rasanya, Jimin sangat merindukan gadis itu.

Bus kota yang ia tumpangi berhenti di Gangnam, tak jauh dari tempatnya. Setahu Jimin, Gangnam merupakan tempat terbaik untuk mencari pernak Pernik atau segala yang ia perlukan untuk diberikan pada hari pernikahan Seulgi.

Kakinya menapak, melangkah meenelusuri jalan Gangnam yang kian sore kian terasa ramai. Sesekali, kepalanya menggeleng pelan ketika beberapa gadis berseragam SMA berbisikantusias pada kawan jalannya. Sementara mata mereka memandang Jimin.

Cih.

Kalau saja ia ditemani Mina sekarang, Jimin akan dengan bangga menariknya. Memperlakukan Mina sebagai kekasih, memamerkannya pada orang orang hingga orang berpikir bahwa mereka pasangan yang sangat cocok.

Langkah Jimn terhenti setelah beberapa lama mengelilingi jalan yang sama. Matanya melihat ke etalase sebuah toko pernak pernik antik bergaya eropa. Barang barang itu menarik perhatiannya, membawa tubuhnya melangkah masuk ke dalam toko.

Sebuah toko yang cantik, Jimin dapat menebak bahwa pemiliknya adalah gadis dengan selera yang sangat feminim.

"Bisa bungkuskan yang ini?"

Tangan Jimin terangkat, menunjuk tepat pada tea set bergaya klasik yang terbuat dari perak. Anggap saja seleranya kuno, tapi Jimin sedikit menyukainya. Beberapa corak bunga dipermukaan tea set itu cocok dengan kepribadian Seulgi.

Your Last Dance • PJM x Myoui Mina ( COMPLETED )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang