Mina mengaduk ice coffee nya sekali lagi, matanya tak lepas dari lelaki yang duduk didepannya.
Park Jimin menatapnya lamat lamat, bibirnya tak berhenti menyunggingkan senyum.
"Jadi.." Mina mendesah pelan, "apa bisa aku membayar 3 minggu lagi?"
Jimin menggeleng, tentu saja.
Sebenarnya ia berharap gadis didepannya ini meneleponnya untuk mengatakan bahwa ia menerima tawarannya. Tapi setelah dipanggil kesini, ternyata ia justru meminta waktu tambahan.
"Tinggal terima tawaranku, apa susahnya?"
"Yyaㅡ"
Pertanyaan ini kembuat emosi Mina naik kembali.
"ㅡkumohon, 3 minggu saja..." Kali ini, ia mencoba untuk merendahkan nada suaranya.
Jimin menggeleng lagi. Wajahnya menjadi serius. Sepertinya keputusan akan tawarannya pada Mina itu mutlak.
"Kau sudah berkemas? Aku rasa besok kau harus benar benar pindah."
Ya Tuhan, kenapa bernegosiasi dengan lelaki ini terasa susah sekali?
"Coba kau pikirkan, wanita mana yang mau jadiㅡ" Mina meneguk ludahnya kasar. "ㅡpenari pribadimu. Kau harusnya berpikir soal harga diri mereka tuan.."
Mina hampir berteriak kesal saat Jimin justru tertawa keras didepannya.
Apa yang baru saja ia katakan memangnya?
Jangan bilang si lelaki arogan ini menertawakan kata katanya soal harga diri?
"Ya Tuhan, nona," ia memberi jeda singkat. "Jadi kau kira aku akan menyimpanmu di ruanganku dan menyuruhmu menari hanya untukku, begitu?"
Sekali lagi Jimin tergelak, membuat mata mina memicing semakin sipit.
"Ibuku setiap minggunya pasti mengadakan pertemuan," Jimin berdehem, menyadari tatapan tajam dari gadis didepannya.
"Dan untuk membayar jamuan, rasanya agak merepotkan dan menghabiskan uang. Kau tahu, kami kadang mengundang penyanyi opera atau pemain musik klasik."
Oh, mina paham apa yang coba lelaki ini katakan.
"Jadi rasanya lebih baik aku memintamu memberi jamuan, tanpa dibayar."
Mulut Mina ber oh kecil. Sekarang ia paham.
Sungguh, ia malu. Ia kira lelaki arogan ini hanya ingin menjatuhkan harga dirinya.
"Aku setuju." Mina menyambar, tawaran ini tidak buruk.
Jimin mengangguk dan mengeluarkan beberapa lembar kertas, dan menyodorkannya pada Mina.
"Ini berisi jangka waktu yang harus kau setujui untuk dapat melunasi hutangmu, ditambah perhitungan tiap jamuan danㅡ"
Drrrrt
Ponsel Mina memotong ucapan Jimin.
Ia membaca pesan yang tiba dengan cepat, ah. Rupanya itu ibunya.Masih lama? Eomma lapar, ayo pulang dan makan?
Mina menghela nafas pelan, baginya, keinginan ibunya adalah yang utama. Ia pun cepat cepat mengambil pulpen yang juga disodorkan jimin dan membuka buka lembaran lembaran itu tanpa membacanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Last Dance • PJM x Myoui Mina ( COMPLETED )
FanfictionHighest rank: #41 out of 3.7k stories in TWICE category. Menarilah untukku, hanya untukku ㅡPark Jimin. Kau, kau pikir semua didunia ini bisa jadi milikmu dengan mudah? ㅡMyoui Mina +Fanfiction