Home.

2.7K 348 58
                                    

Mina mengerjap beberapa kali. Alisnya mengernyit saat ia mendengar suara Jimin yang samar. Lelaki itu meneleponnya untuk mengatakan dia rindu.

"Siapa?" Momo mendudukkan tubuhnya, menatap Mina yang terlihat bingung.

"Apa kau juga merindukanku?" Sahutan Jimin membatalkan niat Mina yang hendak menjawab pertanyaan Momo, "Apa kau juga kacau sepertiku?"

Dentuman hati Mina mulai tak karuan. Cukup mendengar Jimin merindukannya saja membuat gadis itu sedikit kewalahan mengontrol detak jantungnya.

Tapi lagi lagi, Mina membentengi diri.

Ia sudah bilang kan, tak mau berharap lagi pada JImin?

"Aku menunggumu—beberapa lama. Aku ingin bicara"

Kali ini, gadis Myoui itu mengerjapkan mata. Jimin menunggunya? Apa lelaki itu bicara soalpesan yang ia tulis diselembar post it itu?

"Sial—Myoui, apa yang sudah kau lakukan padaku sampai aku jadi seperti ini?"

Dan setelahnya, Mina hanya bisa menggigit bibir bawahnya, berharap hal itu bisa membuat detakan jantungnya mereda.

Suara Jimin terdengar berantakan dan Mina mengetahuinya. Hal itu justru membuat Mina makin kacau. Gadis itu tak ingin merasa yakin kalau Jimin kali ini setuju soal dirinya, hingga ia bisa menjadi sekacau ini.

Namun Mina sedikit bingung saat mendengar suara lain diseberang telepon. Sebuah suara lelaki, yang tak terdengar akrab ditelinganya.

"Apa kau bisa datang kemari?" Berceletuk, tanpa menunggu Mina membalas ucapannya terlebih dulu, "Jimin hyung mabuk berat, seseorang harus menjemputnya."

"Kau menyuruhku menjemputnya?" Sedikit protes, Mina menyahut cepat.

Yang benar saja. Ini sudah tengah malam dan ia harus menjemput Jimin?

"Terserahlah, Miss. Jimin hyung butuh bantuan, aku tak mungkin mengantarnya pulang." Suara diseberang terdengar lagi, setelah sebelumnya menghela nafas mengetahui Mina terdengar tak berniat menolong, "The Timber House, sekitar 10 menit dari perusahaan Park. Ada di Gangnam, cepat datang."

Setelahnya, telepon ditutup sepihak oleh penelepon, meninggalkan Mina dalam keadaan terkejut dan sedikit geram. Teman Jimin—atau siapapun yang barusan bicara dengannya—membuat Mina sukses merasa kesal.

Gadis itu lebih memilih kembali merebahkan badan dan—berpura pura—tidak peduli.

"Siapa tadi?" Sembari menguap kecil, Momo bertanya. Ia sedikit kebingungan dengan sikap Mina yang tiba tiba terlihat tak baik. Namun, rasa kantuk saat ini lebih menguasai Momo disbanding rasa ingin tahu.

Mina tak menyahut, ia masih bungkam.

Jimin terdengar begitu kacau—karena dirinya?

Dia—si lelaki Don Juan dengan segala kesempurnaan dan keebatannya dalam minum—tiba tiba mabuk karena Mina? Wah, haruskah ia memberi standing applause untuk dirinya sendiri sekarang?

"Mo, aku harus pergi sebentar."

Secara mendadak, tubuh Mina berdiri dan beranjak untuk mengambil jaket yang ia selampirkan diatas kursi kamarnya.

Sial. Kutuk saja hatinya. Karena meskipun otak Mina berkata jangan, Hati Mina dengan bodoh mengiyakan. Tubuhnya pun seakan ikut menyetujui kata hatinya, hingga gadis itu memutuskan untuk pergi dan meninggalkan Momo yang hanya memandangnya bingung.

**

Apa yang dikatakan lelaki di telepon tadi bohong, jelas bohong.

Nyatanya, perlu setengah jam bagi Mina untuk tiba di halte terakhir yang terdekat dengan bar tersebut. Dan tepat saat gadis itu menapak turun, ia baru merasa menyesal akan keputusannya untuk pergi dari apartemen hangatnya dan justru menghampiri Jimin.

Your Last Dance • PJM x Myoui Mina ( COMPLETED )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang