Gadis itu menggeliat sesaat sebelum merasakan kepalanya tengah bersandar pada sesuatu yang sedikit keras, kedua matanya masih terpejam namun kali ini, seulas senyum ia sunggingkan ketika ia ingat diatas lengan siapa dirinya tidur.
"Sudah bangun?"
Jimin berbisik rendah, terpaan nafas hangat miliknya menyapa telinga Mina dengan lembut, membuat gadis itu menggeliat lagi.
"Tanganmu tidak kram, kan?" Mina menyahut, "Aku masih mengantuk—"
Ucapan Mina terputus saat Jimin mengeratkan pelukannya pada pinggul telanjang milik gadisnya, dan menarik tubuh itu semakin mendekat.
"Tidurlah lagi, aku tahu kau lelah."
"Kau membuatku begadang sampai pagi." Mina mengeluh lirih, matanya sedikit memicing saat ia menolehkan kepalanya ke arah Jimin.
Lelaki tampan dibelakangnya itu hanya terkekeh pelan dan melayangkan satu kecupan kecil pada pundak mina; tepat dimana ia semalam meninggalkan bekas. "Mau kubuat lelah lagi pagi ini?"
"Berhenti berpikir mesum. Aku mengantuk."
Dan dengan satu cibiran itu, Jimin tak menyahut lagi. Ia lebih memilih diam dan membiarkan Mina terlelap kembali. Jimin tahu diri, ia sudah dengan kurang ajar membuat gadisnya kelelahan sampai pagi.
Ponselnya bergetar beberapa kali tepat saat itu, membuatnya menghela nafas sejenak. Ia bisa tebak itu telepon dari kantor. Ini hari senin, dan Park Jimin harusnya bekerja.
Tapi lelaki arogan itu hanya mendengus kesal untuk terakhir kalinya, mengabaikan satu panggilan tak terjawab dengan nama "Kang Seulgi" tertera dilayar ponselnya.
**
Kaki Kang Seulgi masih gemetar, sementara ia menggigit bibir bawahnya dengan keras hingga nyaris berdarah lagi.
Wanita itu hanya terdiam dilantai ruang tamunya, dengan darah yang mulai mengalir dari bagian bawah tubuhnya. Ia meringis sesekali, sementara matanya tak berhenti mengeluarkan air mata.
Seulgi tak berani bergerak, dan terisak sesaat. Tangannya tak henti hentinya mencoba menghubungi Jimin, namun lelaki itu tak kunjung mengangkat telepon. Mina pun begitu, ponselnya tidak aktif.
Seulgi nyaris menghubungi suaminya, namun bayangan mengerikan semalam kembali berputar dikepalanya. Bayangan ketika lelaki yang menyandang status sebagai kepala keluarga itu memukulinya, menarik rambutnya tanpa ampun,
dan menghempaskannya dengan kasar hingga perut Seulgi terantuk ujung kasur.
Seulgi bersumpah tak akan memaafkan dirinya sendiri apabila sesuatu terjadi pada janin tak berdosa didalam perutnya.
Ketiadaan Jong In pagi ini setidaknya adalah hal yang ia syukuri. Seulgi sama sekali tak ingin melihat wajah lelaki itu—ia muak. Seulgi akhirnya merasa muak atas segala keposesifan dan kekerasan yang ia terima dari suaminya.
"A—Akh!"
Sekali lagi, pekikan kecil keluar dari mulutnya saat darah itu mengalir sedikit lebih deras ketika ia menekan perutnya untuk mengurangi rasa sakit yang ia rasakan.
Dan semakin darah dari selangkangannya mengalir, semakin kosong rasa perutnya. Seulgi merasa kosong, sangat kosong.
Seolah apa yang ia jaga sejak baru menikah dengan Jong In kini dipaksa keluar.
Wanita Kim tersebut menangis semakin terisak, meski begitu ia masih mencoba meredam suaranya dengan menggigit bibir bawahya makin keras.
Tangannya meraih ponsel yang ada disamping, mencoba menghubungi nomor secara acak. Siapapun itu asal bisa membantunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Last Dance • PJM x Myoui Mina ( COMPLETED )
FanfictionHighest rank: #41 out of 3.7k stories in TWICE category. Menarilah untukku, hanya untukku ㅡPark Jimin. Kau, kau pikir semua didunia ini bisa jadi milikmu dengan mudah? ㅡMyoui Mina +Fanfiction