Mina terdiam, ia masih tak sanggup membuka suara, bahkan bergerak.
Gadis itu menatap ayahnya dengan getir, sementara yang ditatap hanya diam, berhenti melangkah dan memutuskan untuk berdiri beberapa meter dari Mina.
"Mina-ya, ini Appa"
Suara itu.
Suara yang dulu sekali, sangat Mina sukai. Suara yang kini gadis itu benci.
Mina sama sekali tak berharap ayahnya akan datang saat ini, bahkan melihat wajah ayahnya langsung, tidak pernah ada dalam daftar hal yang ingin ia lakukan.
"Kauㅡ" mina menyahut dengan suara yang bergetar, "ㅡMau apa kesini?"
Mina sedikit terkejut, mengetahui suaranya akhirnya bisa keluar.
Namun bukan itu yang ingin dia tanyakan.
Mina ingin menghambur, memukul ayahnya sekeras mungkin, meneriaki lelaki itu dengan marah. Emosinya sudah memuncak, terkumpul sudah sangat lama, dan siap untuk meledak.
Tapi gadis itu tak bisa melakukannya. Suaranya menghilang. Keberaniannya lenyap entah kemana.
Lelaki paruh baya didepannya berjalan mendekat, matanya memerah.
"Sayang, Ayah menyesal, atas semuanya...Maafkan ayahㅡ"
"Maaf?"
Mina menyela, sarkas.
"Setelah sekian tahun kau meninggalkan ku dan ibu, hanya maaf yang bisa kau katakan?"
Tatapan terluka; itu yang dapat Mina tangkap dari cara sang ayah memandangnya.
Tapi tahukah ayahnya berapa banyak Mina terluka sampai saat ini?
Anaknya terluka jauh lebih banyak, apalagi ibunya. Dan Mina merasa, lukanya yang telah mengering, kini kembali basah.
Gadis itu masuk kedalam rumah dengan cepat, sebelum menguncinya dari dalam, tanpa sedikitpun berniat menyuruh ayahnya masuk.
Drrrt!
Mina masih mencoba mengatur nafasnya, entah kenapa bertemu secara tiba tiba dengan sang ayah membuanya sulit bernafas.
Dengan air mata yang menumpuk dan nyaris jatuh, Mina mengambil ponselnya, sekedar mengangkat telepon tanpa berniat bicara.
"Mina?"
Ia tercekat.
"Oh...eomma?"
Ibunya menelepon disaat yang tidak tepat, benar benar disaat hati Mina sedang amat kacau.
"Mina? Kemarin seharian kemana saja?"
Mina terdiam sejenak, benar juga. Ia belum sempat kerumah sakit, sang ibu pasti kesepian dan cemas.
Mendengar belum ada sahutan dari Mina, Sachiko menyahut lagi,
"Hari ini rekan kerjamu datang lagi kemari. Kau tahu, namjooㅡ"
"Eomma...hiks"
Isakan Mina menyela, gadis itu tak sanggup lagi.
Ia tak kuat lagi.
Pertahanannya benar benar runtuh, hatinya hancur.
Gadis itu menatap keluar rumah lewat jendela, memperhatikan ayahnya yang masih berdiri disana, dan langit yang mulai menggelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Last Dance • PJM x Myoui Mina ( COMPLETED )
FanfictionHighest rank: #41 out of 3.7k stories in TWICE category. Menarilah untukku, hanya untukku ㅡPark Jimin. Kau, kau pikir semua didunia ini bisa jadi milikmu dengan mudah? ㅡMyoui Mina +Fanfiction