His Presence

2.4K 312 70
                                    

Jimin masih merenggangkan punggungnya, untuk yang kesekian kali hari ini. Namun berbeda dengan sebelumnya, seulas senyum hadir di wajah tampan itu. Terang saja, pekerjaan yang menumpuk sejak beberapa hari lalu akhirnya bisa ia selesaikan. Beberapa lembar, bahkan puluhan lembar dokumen yang harus ia verifikasi akhirnya selesai sudah.

Setelah ini, Jimin bersumpah akan tidur sepanjang hari untuk membalas waktu tidurnya yang terbuang selama beberapa hari belakangan.

Sayangnya, Mina sedang tak di Seoul. Ah, padahal Jimin sudah membayangkan akan tidur seharian bersama kekasihnya itu.

Omong omong soal Mina, Jimin sangat merindukan gadisnya.

Beberapa waktu terakhir, Jimin bahkan membiarkan ponselnya kehabisan batterai tanpa repot repot memberitahukan Mina.

Seperti semalam, contohnya. Jika biasanya Jimin akan menghabiskan malamnya sebelum tidur untuk berbincang dengan Mina lewat ponsel karena betapa lelaki itu selalu ingin mendengar suara si gadis Myoui, semalam adalah waktu yang berbeda. Jimin terlalu sibuk sampai lupa mengisi ulang daya poselnya.

Tangannya meraih ponsel yang sejak tadi ia charge, hanya untuk mencabutnya dan mencari nomor Mina. Sesaat setelah mencoba menghubunginya dan tak ada jawaban, Jimin tersenyum simpul.

Sudah jam 11 siang, tak mungkin gadisnya masih tidur, kan?

Terbersit dibenak lelaki itu soal tiba tiba berkunjung ke Mokpo; sekedar memberi kejutan bagi kekasihnya dan calon mertua-uhm, orang tua Mina, maksudnya.

Sekali lagi jari jarinya menekan layar ponsel untuk menghubungi Mina, dan masih tidak ada jawaban. Sebagai gantinya, justru Namjoon yang menghubunginya. Nama lelaki itu tertera di ponsel dengan jelas.

Ah, Jimin baru ingat. Sepertinya Namjoon tak bekerja hari ini. Jimin belum melihatnya sama sekali.

"Kau dimana, bajingan?"

-dan sialnya itu adalah sapaan pertama yang Jimin dapat ketika ia mengangkat panggilan Namjoon.

Alisnya berkerut. Dibanding marah, lelaki itu justru merasa bingung dengan kata kata dan amarah Hyung nya yang dapat terdengar lewat sambungan telepon.

"Hyung, sebaiknya kau punya cukup penjelasan untuk itu."

"Dan sebaiknya kau punya cukup penjelasan tentang tidak menghubungi Myoui sejak kemarin, sialan."

Oh, jika sejak tadi Namjoon berniat memancing emosinya, kali ini ia berhasil. Karena demi apapun, Jimin tak suka bagaimana lelaki itu menyebutkan nama Myoui seenaknya, apalagi membicarakannya.

"Berhenti memancingku, hyung."

"Cepat ke Mokpo, secepatnya. Kalau perlu, kendarai mobilmu dengan kecepatan maksimal."

Namjoon seperti tak menggubris kata katanya dan itu semakin menyulut emosi Jimin. Nyaris saja ia meledakkan emosinya lewat telepon, Namjoon lebih dulu menyuarakan sesuatu yang tak ia duga sama sekali.

Sesuatu yang terdengar bersamaan dengan sebuah isakan samar dibelakangnya.

"Ibu Myoui-meninggal, Jim."

**

Kapan, ya, terakhir Mina tidur disamping ibunya?

Apakah itu bulan lalu, atau bahkan lebih dari itu?

Karena sesungguhnya, sekarang Mina sama sekali tak dapat merasakan kehangatan itu lagi, dan ia merindukannya mati matian.

Bahkan pelukan Namjoon kemarin, yang harusnya memberinya rasa nyaman dan kehangatan, sama sekali tak membawa pengaruh apapun. Rasanya pun, kehadiran Jimin atau sang ayah tak akan bisa memberi dampak apa apa.

Your Last Dance • PJM x Myoui Mina ( COMPLETED )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang