Guilt.

2.7K 339 31
                                    

"Ugh--!"

Mina nyaris mengerang keras saat membanting tubuh Jimin ke atas sofa rumahnya. Sial, tubuh lelaki itu lebih berat dari perkiraannya. Bahkan butuh waktu sedikit lebih lama untuk membawahnya kedalam.

Sudah nyaris jam 1 pagi, dan Mina bahkan belum tidur sama sekali. Thanks to bos nya yang pemabuk ini, Mina merasa tubuhnya lelah sekali.

Ia bergerak sigap, mengambil selimut dan menutupi tubuh Jimin. Setelahnya, Mina menyempatkan diri untuk memeriksa keadaan lelaki itu. Kacau, terlihat lebih jelas dari sebelumnya.

Bahkan dalam keadaan tidur seperti ini pun, Mina dapat melihat kernyitan pada dahi Jimin dan raut wajah lelahnya.

Ya, wajar saja. Pria itu minum terlalu banyak.

Tubuhnya bergerak sedikit, memutar badan untuk sekedar mencari posisi yang tepat untuk membuatnya nyaman. Refleks, Mina membenahi selimut yang menutupi badan Jimin. Dengan telaten, ia bahkan menyelipkan bantal ke belakang kepala pemuda itu.

Bodoh, terlalu perhatian, atau tidak bisa melupakan Jimin?

Bukan, Mina hanya melakukan hal ini sebagai betuk simpati pada atasannya. Sedikit banyak Mina sadar dirinya banyak dibantu oleh Jimin.

Karena itu, anggap saja ini salah satu caranya membalas kebaikan Jimin yang sudah sudah, tidak lebih.

Ya, ini hanya caranya untuk membalas kebaikan lelaki itu.

**

Aroma wangi masakan tercium samar, menggoda indera penciuman Jimin yang kini masih bergumul dengan selimut diatas tubuhnya. Lelaki itu menggelung tubuh sebentar; mencoba mencari posisi yang lebih nyaman, sebelum mengendus sedikit dan membuka mata.

Kepalanya masih pusing, penglihatannya pun sedikit berputar.

Salahkan saja dirinya sendiri, Jimin ingat sekilas, ia minum terlalu banyak semalam.

Pandangannya menerawang sesaat, sementara indera penciumannya mencoba menyesapi wangi masakan yang sangat menggodanya kali ini. Sembari berusaha menerka tempat familiar apa yang sedang ia tidur?

"Mina, aku pergi dulu ya?"

Suara seorang wanita, dan Jimin sontak mengernyit.

"Makanlah dulu—aku baru selesai memasak."

Suara wanita lain—yang kali ini Jimin kenali--, oh, ralat.

Ia bahkan merindu suara ini.

Selanjutnya, kedua suara itu berbincang sejenak, disellingi suara kompor yang dimatikan dan deritan pintu setelahnya. Sesaat setelah itu, keadaan kembali hening.

"Bagaimana tidurnya? Nyenyak, tuan?"

Si pemilik suara datang mendekat, meletakkan beberapa jenis makanan ke atas meja dan duduk didepan Jimin dengan apron yang masih terpasang.

Sontak, keberadaan gadis itu mengejutkannya. Tubuh Jimin duduk secara tiba tiba, mengirimkan sengatan pada kepalanya yang masih terasa pusing.

Desisan halus keluar dari mulut lelaki itu, merasakan sakit yang masih tersisa. Matanya mengerjap sejenak, dan hal itu hanya ditanggapi dengusan dingin dari Mina.

"Kau mabuk terlalu banyak, tuan Park."

Tangan gadis itu menyodorkan semangkuk sup Haejangguk (Sup untuk menyembuhkan mabuk) ke atas meja didepan Jimin. Matanya enggan menatap lelaki itu, ia lebih memilih menunduk saat bicara pada Jimin dan segera bangkit dari duduknya.

Your Last Dance • PJM x Myoui Mina ( COMPLETED )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang