Something

2.6K 315 80
                                    

Tangan hangat itu menyentuh dahi gadis yang terbaring lemah didepannya, sebelum mengusapnya lembut, sementara empunya menghela nafas lega.

Suhu tubuh Mina kemarin mencapai 38.5 derajat celcius, dan sepertinya malam ini panas tubuhnya sudah turun. Gadis itu bergumam lirih dalam tidurnya sebelum membuka mata sekilas dan merengut ketika melihat Jimin masih ada didepannya, hingga saat ini.

Sudah nyaris seminggu sejak hari sejak kematian Sachiko, namun Jimin masih saja disana, dengan keras kepala menemaninya dan ayahnya yang kini pun semakin sibuk dengan kedai makanan lautnya. Sepertinya pria paruh baya itu melakukan semampunya untuk sibuk dan melupakan rasa duka yang tersisa.

Sementara Mina?

Gadis itu tak jauh dari kata tertekan, dukanya terlalu mendalam hingga membuatnya sakit seperti ini. Bersyukurlah masih ada Jimin disana, yang mau merawat Mina saat ayahnya pergi.

"Kau belum kembali ke Seoul juga?"

Meski terdengar lemah, ada nada kesal disana dan itu membuat Jimin tersenyum simpul.

"Kau bisa pingsan seharian kalau aku kembali ke Seoul. Omong omong," Sembari duduk disebelah gadisnya, Jimin meletakkan telapak tangannya ke atas kening Mina dan tersenyum lembut. "suhu tubuhmu sudah turun. Merasa lebih baik?"

Bibir Mina mengerucut melihat Jimin mengkhawatirkannya. Alih alih menjawab pertanyaan Jimin, Mina justru menepuk tempat kosong tepat disisi tubuhnya berbaring; menyuruh Jimin ikut berbaring dengan isyarat.

"Kau harus kembali ke Seoul besok, arrasseo?"

Dan Jimin tak menjawab. Ia hanya merebahkan diri tepat disamping Mina sebelum menarik Mina sedikit hingga kepala gadis itu bersandar di dada bidangnya.

"Cerewet. Kau mengucapkannya terlalu sering. Tidak bisakah berterimakasih dulu karena orang sibuk ini mau repot repot merawatmu?"

Kali ini, gadisnya mencibir sebelum menyamankan posisi kepalanya di dada Jimin sebelum mendengus.

"Terima kasih, sajangnim." (Direktur)

Ia mencoba menahan senyumnya, tepat saat Jimin mengusap rambutnya yang terurai dengan lembut. "Dan cepat kembali ke Seoul sebelum gelar sajangnim mu itu dicabut."

Kekehan pelan keluar dari bibir Jimin sementara tangannya mengacak rambut Mina dengan gemas, ia jadi ingat kemarin ibunya meneleponnya untuk sekedar marah marah karena ia belum kembali, sementara Namjoon sudah lebih dulu pulang.

Yah, mau bagaimana lagi. Namjoon pun kalau jadi kekasih Mina, tak mungkin secepat itu meninggalkan Mokpo.

Jimin mengerang dalam hati memikirkan perumpamaan yang lewat dikepalanya sendiri, duh.

"Aku akan pulang besok. Kau akan ikut atau mau menemani ayahmu dulu?" Sedikit memelankan suara, Jimin berbisik lirih, mengingat saat ini ayah Mina pasti tengah tidur dikamar sebelah. Jimin bisa menjamin lelaki paruh baya itu akan membunuhnya kalau tahu ia sedang berbaring diatas kasur yang sama dengan putrinya.

"Aku akan kembali ke Seoul, lusa. Aku libur terlalu lama." Mina mendongak sedikit, mencoba menatap wajah tampan milik kekasihnya.

"Aku akan bicara pada ayah besok. Siapa tahu ia ingin tinggal denganku di Seoul?"

Jimin mengangguk angguk setuju, meskipun sedikit meringis pelan. Kalau ada ayahnya, tak mungkin Jimin bisa seenaknya menginap dirumah Mina maupun mengajak Mina menginap ditempatnya.

Tak mungkin juga menahan Mina untuk tidur di kantor dengannya, bukan? Yang benar saja.

Your Last Dance • PJM x Myoui Mina ( COMPLETED )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang