Lie.

2.9K 344 40
                                    


Seulgi merapatkan jaketnya, sementara kakinya berjalan menapak dengan cepat ke arah mini market dekat kantor Jimin. Musim semi kali ini sedikit berangin, meskipun dinginnya tak lagi terasa, dan itu membuatnya mempercepat langkah. Gadis itu berniat membeli beberapa ramyun cup untuk dimakan bersama Jimin dan Namjoon.

"Oh, Seulgi Unni?"

Gerakan Seulgi yang belum sempat mengambil cup ramyun itu terhenti, sebelum menoleh dengan refleks pada gadis di samping nya. "Mina-ya!"

Gadis itu tersenyum sedikit lebar, menampilkan gummy smile nya. Mina mengambil beberapa ramyun cup sebelum kembali menoleh pada Seulgi. "Beberapa hari belakangan, sepertinya aku belum melihat Unni di perusahaan?"

Seulgi hanya meringis pelan, mencoba mencari jawaban tepat untuk pertanyaan Mina.

Beberapa hari belakangan, ia dan Jimin saling mendiamkan.

Masalahnya?

Apa lagi kalau bukan karena tamparan darinya beberapa saat lalu?

Ia saat itu merasa sedikit kalap. Kelakuan Jimin membuatnya kesal. Jadi jangan salahkan dia kalau tangannya dengan mudah menampar Jimin yang notabene sudah ia anggap seperti adiknya sendiri.

"Unni mau yang pedas atau tidak?"

Mina menyahut lagi, mengambil dua jenis ramyun yang berbeda, menunggu Seulgi memilih. Wanita yang Mina panggil Unni itu menimang sejenak, sebelum memilih Ramyun pedas dan membiarkan Mina membawa beberapa ramyun pedas ditangannya kekasir.

"Kau sudah bekerja dengan Jimin lagi, sepertinya?" Seulgi menyahut kali ini, memperhatikan tubuh Mina yang terbalut setelan blazer dan celana kain yang rapih dan formal. Gadis itu diam diam memuji Mina; memuji bagaimana cantiknya gadis itu bahkan dengan pakaian yang tak mewah sekalipun.

"Jimin ssi menahanku, jadi setidaknya dia harus bertanggung jawab memberiku pekerjaan lagi." Mina terkekeh sekilas, sembari menyodorkan beberapa lembar uang, membayar semuanya termasuk milik Seulgi. 

"Dan untuk itu, aku ingin berterima kasih pada Unni."

Kali ini, ia tersenyum lagi, menoleh pada Seulgi dan justru disambut tawa renyah pelan dari si gadis Kang. "Aku menampar kekasihmu, lho. Kau harusnya marah, bukannya berterimakasih."

"Dia bukan kekasihku." Kepala Mina menggeleng kikuk, sebelum empunya berjalan keluar mini market bersama dengan Seulgi. Dan kontan, ucapannya disambut tatapan heran dari Seulgi.

"Dia tak pernah memintaku untuk jadi kekasihnya."

Sejujurnya, hati Seulgi sedikit mencelos saat mendengar itu keluar dari mulut Mina. 

Matanya menangkap jelas, bagaimana gadis didepannya mencoba bersikap biasa saja dan seolah ia tak terluka. Namun dibandingkan menatap iba ataupun kasihan, Seulgi lebih memilih menatapnya heran. Dan tatapan itu tak menghilang bahkan sampai mereka duduk di kursi diluar minimarket.

Jimin berulah apalagi, sekarang?

"Kau menyukainya?"

Pertanyaan itu disambut anggukan bingung dari Mina, "Mm hm, lihat, Unni bahkan menyadarinya." Ia terkekeh, samar.

"Kau tahu ia menyukaimu?"

Mina mengangguk lagi, kali ini sedikit ragu. Batinnya meringis pelan, harusnya Seulgi tahu kalau Seulgi lah yang sebenarnya disukai Jimin.

Ayolah, Mina tak cukup bodoh untuk menyadari hal itu. Ia sudah cukup mengasihani diri sendiri, dan itulah alasannya menerima perkataan Jimin yang sebenarnya sampai sekarang masih belum Mina percayai sepenuhnya.

Your Last Dance • PJM x Myoui Mina ( COMPLETED )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang