"Jim.."
Namjoon menghela nafas untuk kesekian kalinya.
Sudah satu jam lebih ia duduk disamping Jimin, dan memperhatikan sobat sekaligus bosnya itu meneguk beberapa botol wine.
Ia heran, sejak bertemu seulgi siang tadi, Jimin mendadak diam dan mengajaknya pergi ke club. Entah apa yang mereka bicarakan.
"Hyung, kau harus membantuku."
Lelaki itu akhirnya angkat bicara. "Aku ingin tahu. Lelaki seperti apa yang akan menikahi seulgi noona"
"Jim, pleaseㅡ" Kali ini Namjoon mengerang, betapa Jimin masih mengharapkan seulgi meski tahu gadis ith akan menikah.
"Kau ingin merusak pernikahannya atau apa?"
Jimin tersenyum miris sembari meletakkan gelas kesekiannya ke atas meja. Yang ia inginkan saat ini hanya mabuk, dan melupakan rasa sakitnya.
Namun nihil. Hasilnya nihil.
Ia sama sekali tak bisa mabuk barang sedikitpun.
Lihat? Bahkan Wine pun kali ini tak berpihak padanya.
"Daripada kau mabuk begini, lebih baik dengarkan aku." Namjoon mendesah pelan, menundukkan badannya kedepan agar sejajar dengan tubuh Jimin saat ini.
"Aku rasa kau butuh penggantiku"
Mata Jimin membulat sesaat, belum sempat menyahut ketika Namjoon menyela ucapannya.
"Ada proyek yang harus ibumu selesaikan. Ia memintaku meng handle proyek yang baru."
Lagi lagi, lelaki didepannya mengerjap. Mengerjakan proyek? Biasanya Jimin yang mengerjakan hal itu, Well, meskipun tidak sepenuhnya sih.
"Hyung, apa ibu baru memberimu kenaikan jabatan?"
Namjoon terkekeh, sumringah. Ia tak ingin Jimin menyimpulkan seperti itu tapi bossnya itu sudah lebih dulu menyimpulkan.
"Hyung! Whoa chukkae!" Senyum lebar kini terpatri diwajah lelaki yang lebih pendek. Ia bahkan tersenyum seolah lupa pada rasa sakit hatinya.
"Kau tahu kita harus merayakan ini"
"Itu berlebihan, Jim-"
Jimin menggeleng, tangannya terangkat untuk memesan beberapa botol wine lagi, ia merasa harus merayakan hal ini.
Bagi Jimin, Namjoon lebih dari sekedar sobat dan pegawai. Lelaki itu bahkan sudah seperti hyung nya, kakak lelakinya. Kehadiran Namjoon sedikit banyak menjadi panutan bagi Jimin.
Seakan teringat sesuatu, tiba tiba Jimin menyeringai, membuat Namjoon sedikit bergidik melihatnya.
"Hyung, jadi untuk sekarang, aku benar benar bisa memilih sekretarisku sendiri?"
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
Mina mengusap lengan ibunya lembut, mencoba membangunkannya.
Hari sudah pagi, dan Mina harusnya pergi bekerja. Namun sejak ibunya dirawat, Mina merasa ia harus memastikan sang ibu makan sarapan dan meminum obatnya.
Pintu diketuk beberapa kali saat mata Sachiko terbuka, membuat Mina menoleh cepat.
"Permisi"
Namjoon ada disana, dengan senyum khas dan lesung pipinya, membuat senyum Mina mau tak mau mengembang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Last Dance • PJM x Myoui Mina ( COMPLETED )
FanfictionHighest rank: #41 out of 3.7k stories in TWICE category. Menarilah untukku, hanya untukku ㅡPark Jimin. Kau, kau pikir semua didunia ini bisa jadi milikmu dengan mudah? ㅡMyoui Mina +Fanfiction