Jimin masih terdiam. Ia tak bergeming, ataupun bersuara. Matanya lebih memilih berkonsentrasi melihat jalan, meskipun sesekali melirik ke kursi penumpang disebelahnya.
Gadis itu masih terdiam, mata sembabnya terlihat memburuk. Kedua tangan Mina sibuk menarik narik syal yang tadi dipakaikan Jimin padanya.
Helaan pelan terdengar dari Jimin.
Ia sama sekali tak berkewajiban menemani Mina. Justru, disini dia memiliki status sosial yang lebih tinggi.
Namun hati Jimin berkata lain.
Rasa bersalahnya karena mempermainkan gadis itu dikantornya hari ini, membuatnya merasa memiliki kewajiban untuk menemani Mina.
Walaupun ada Namjoon, tetap saja ia merasa buruk.
Jimin sendiri masih ingat bagaimana tatapan Mina padanya sebelum meninggalkan kantor Jimin.
"Rumahmu disini?"
Jimin menyahut, menghentikan rumahnya didepan rumah Mina.
Sementara yang ditanya tidak menyahut ataupun mengangguk. Tangannya membuka pintu mobil dengan lemah.
Kanker otak stadium 4.
Dan dokter itu sendiri mengatakan, kemungkinan untuk sembuh pada stadium IV hanya satu dari 100 orang penderita. Dan umur jangka hidupnya?
Untuk hidup setahun saja hanya 15 sampai 35 persen dari sekian banyak penderita.
Ia bahkan meminta Mina banyak berdoa, meminta keajaiban dari Tuhan.
Astaga. Kadang Mina merasa hidupnya dipermainkan.
Mina sama sekali tidak pernah membayangkan bagaimana ia akan hidup tanpa sang ibu.
Semangatnya hilang, tentu. Dan kali ini, Mina merasa semuanya sudah meredup.
Gadis itu memasuki rumah, membiarkan Jimin mengikutinya.
Tangannya mengambil tas dan merapikan baju ibunya, karena mulai saat ini sang ibu harus dirawat dirumah sakit. Tak lupa, Ia mengambil uang yang sempat ibunya katakan tadi.
Dan Ya Tuhan.
Uangnya, semua ada disana. Serta buku tabungan, dengan uang yang tidak sedikit. Di rak bawahnya, ada beberapa selebaran promosi kampus.
Ibunya benar benar menyimpan semua uang hasil banting tulangnya.
Mina tidak sanggup lagi, sungguh.
Air matanya kembali menetes, bahunya bergetar, mencoba meredam suara tangisannya. Ia sadar Jimin ada disana, dan Mina tak ingin terlihat lemah.
Apalagi didepan pria itu.
"Myoui⎯"
"Rumahku, rumah ini⎯" Ia mencoba bersuara, dan berucap pelan. Sedangkan kedua tangannya masih memasukkan pakaian Sachiko kedalam tas.
"Akan aku bereskan secepatnya. Aku akan menghubungimu untuk memberikan kunci dan surat tanahnya."
Jimin hanya terdiam, ia tak sanggup mengatakan apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Last Dance • PJM x Myoui Mina ( COMPLETED )
FanfictionHighest rank: #41 out of 3.7k stories in TWICE category. Menarilah untukku, hanya untukku ㅡPark Jimin. Kau, kau pikir semua didunia ini bisa jadi milikmu dengan mudah? ㅡMyoui Mina +Fanfiction