"Pergi"
Suara itu berujar dingin, sementara pemilik suaranya masih berdiam ditempat.
Mina sendiri sempat takut mendengar suaranya sendiri. Namun rasa takutnya semakin bertambah saat tatapan sang ayah bertemu dengan tatapannya.
Lelaki paruh baya itu berdiri dari tempatnya, memandang Mina pilu.
Anaknya benar benar membencinya, dan ia sangat sadar itu. Cara Mina menatapnya membuat Akira Myoui paham.
"Miya-ya, dengarkan dulu appa mu bicaraㅡ"
"Tidak, eomma" Mina menyela cepat, "Kau menyuruhku mendengarkannya bicara? Jigeum? Setelah semua yang ia lakukan?" (Sekarang?)
Mina hampir menangis, entah apa yang sudah ayahnya bicarakan pada sang ibu, namun itu tak mempengaruhi Mina sama sekali.
"Mina, sayangㅡ"
Sayang?
Gadis itu menatap lelaki yang mendekat ke arahnya ini dengan geram, bagaimana bisa lelaki ini memanggilnya sayang?
"Appa bisa jelaskanㅡ"
Hati Mina membatu, wajahnya terangkat, mendongak hanya untuk menatap sang ayah yang selama ini ia rindukan dan ia benci.
"Kenapa kau baru kembali sekarang, appaㅡ setelah semua yang kau lakukan?!" Tangannya mengepal, memukul dada ayahnya pelan.
Air matanya jatuh, lagi. Karena sang ayah.
Setelah sekian lama, ayah nya dengan mudah membuat Mina menangis. Rasa sakit gadis itu bertambah, saat mata buramnya melihat Sachiko yang menatap Mina khawatir dan panik.
Mina tak peduli, sungguh. Ia lebih memilih memukul mukul dada sang ayah, mencoba melampiaskan beban dan sakitnya selama ini. Punggungnya sedikit berdenyut, tepat pada bekas luka yang tertinggal saat ayahnya dulu menghajar tubuh Mina dengan gesper sabuk.
"Nak," Suara itu datang lagi, bersamaan dengan sang ayah yang menggenggam tangan Mina, membuat pukulan pukulan lemah Mina terhenti.
"Bencilah ayah, tak apa. Ayah pantas mendapatkannya," Segaris senyum miris terulas disana, "Tapi kau harus dengarkan penjelasan ayah, oke?"
"Shireo!!" (Tidak mau) Mina menarik tangannya kasar, nyaris menjerit. Matanya menatap Akira dengan nanar.
"Kalau appa pikir penjelasan akan membuatku memaafkan appa, maaf tapi tidak! Tidak akan seperti itu"
Air mata masih mengali deras dari kedua mata bulat Mina, kemarahan jelas terpancar disana. Bagaimana bisa ayahnya dengan kurang ajar menampakkan diri di hadapan kedua wanita yang sudah ia sakiti sekian lama?
Bagaimana bisa ayahnya berlaku seperti orang tak punya hati?
"Kau kejam, kau memperlakukan kami seperti sampah. Seolah kami hanya pelampiasan dari kesulitan hidupmu. Appa geu geo ase-yo?" (Ayah apa kau tahu?)
Mina memukul mukul dadanya sendiri, sakit.
Hatinya merasakan sakit yang teramat sangat.
"Apa kau tahu seberapa banyak kau telah menghancurkan aku dan eomma?"
Ayahnya tak menyahut, begitu pun dengan Sachiko. Ruang rumah sakit itu menjadi begitu hening, hanya suara sesenggukan Mina yang terdengar. Mina sama sekali tak ingin bersikap cengeng, ia bukan anak kecil. Tapi kali ini, ia sungguh merasa seperti anak kecil yang balonnya direbut.
Gadis itu melangkah keluar dengan cepat, tak peduli mau seperti apa suara lemah sang ibu yang memanggilnya.
Mina sungguh tak peduli. Ia lelah.
Haruskah ia beristrirahat dari semua ini?
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
Jimin mengayunkan kakinya ringan, berjalan menuju ruangannya di perusahaan. Sesekali kepalanya mengangguk dan ia tersenyum pada karyawan karyawan yang menyapanya dengan sopan.
Lelaki itu tak bisa menyembunyikan senyumnya sejak pagi. Seringaian puas sesekali terukir diwajahnya.
Jimin sudah membayangkan bagaimana Mina akan berterima kasih padanya atas kado yang akan ia berikan.
Ia menghempaskan tubuhnya ke sofa di ruangannya pelan, meletakkan tas dan duduk dengan manis disana. Jimin melirik jam dinding, mengernyit ketika tahu Mina belum juga datang. Padahal Jimin dengan sengaja datang sedikit tidak tepat waktu, berharap dapat melihat wajah kesal Mina yang menungguna dengan tidak sabar.
Tangannya memainkan ponsel ditangannya berulang kali. Kemarin, seharian ia mencoba kembali mengganggu Mina dengan sekian banyak pesan singkat, namun gadis itu tak membalas satupun.
Mungkin Mina kesal dengan kelakuannya?
Jimin terkekeh sendiri, membayangkan wajah kesal sekretarisnya itu saja bisa membuat Jimin tersenyum. Dengan cepat, Jimin berjalan ke meja kerjanya, kembali mengerjakan beberapa berkas yang menumpuk. Ia berniat menyelesaikan pekerjaannya dengan lebih cepat agar bisa 'mengerjai' Mina di sela waktunya.
Satu jam.
Satu jam telah berlalu dan Mina tak kunjung datang. Jimin mulai kesal, tentu saja.
Sekali lagi, ia mengirim pesan ada Mina. Namun karena gadis itu tak juga membalas, Jimin menekan tombol "call" di ponselnya dengan tidak sabar.
"Yya" Suara Jimin, geram, tepat setelah ia menekan tombol untuk voice mail, sepertinya Mina benar benar tidak mengaktifkan ponselnya. "Kau berniat bolos atau apa?"
"Cepat datang atau kau kupecat"
"Kau sudah terlambat satu jam"
"Myoui kujamin kau menyesal telah terlambat ke kantor"
Lelaki itu mengusak surainya, dan meletakkan ponselna ke atas meja. Entah kenapa mendadak perasaannya menjadi tidak enak.
Beberapa hari lalu, saat ia melihat Namjoon Hyung nya dan Mina, Jimin merasa yakin kalau ada yang tidak beres. Dan sekarang, perasaan tidak mengenakkan itu muncul kembali.
"Jim ㅡ"
Suara itu datang, bersamaan dengan Namjoon yang masuk ke ruangan Jimin.
"Mina sudah datang?"
Jimin mengernyit. Entah kenapa ia tak suka cara Namjoon menyebut nama Mina dengan akrab.
"Belum hyung," Ia menggeleng pelan, "Kenapa?"
Namjoon berjalan, mendekati meja Jimin. Wajahnya terlihat cemas.
"Ibunya barusan menghubungi, bertanya apa Mina datang untuk bekerja hari ini" Ia menghela nafas pelan, mencoba mengurangi rasa paniknya. "Sejak kemarin, ponselnya tak bisa dihubungi."
"Hyung, sebenarnya ada apa dengan dia?" Kali ini Jimin tak igin merasa penasaran lagi, ia berdiri dari tempat duduknya.
Jimin tak bisa memungkiri, ia kalut. Ia tahu bagaimana sosok Mina yang selalu mencoba sok kuat, dan kadang orang seperti itu membuatnya takut.
Lelaki itu tak mau menghabiskan waktu lebih banyak lagi, dan tanpa mempedulikan Namjoon, Jimin mengambil kunci mobilnya dengan cepat.
Ia merasa harus bertemu Mina, setidaknya untuk sekedar memastikan gadis itu baik baik saja.
ㅡDisappear, Endㅡ
Double update nih, mau diupdate jadi triple ga? :p
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Last Dance • PJM x Myoui Mina ( COMPLETED )
FanfictionHighest rank: #41 out of 3.7k stories in TWICE category. Menarilah untukku, hanya untukku ㅡPark Jimin. Kau, kau pikir semua didunia ini bisa jadi milikmu dengan mudah? ㅡMyoui Mina +Fanfiction