Angin musim semi sedikit menyejukkan; meniup beberapa ranting pohon dengan lembut. Dan kelembutan itu pula yang membelai pipi Mina, membuatnya mengalihkan perhatian sejenak untuk menyelipkan beberapa helai rambutnya kebelakang telinga kanan nya.
Gadis itu melangkahkan kakinya, menelusuri jalan masuk Stasiun Yongsan setelah turun dari bus kota.
Hari ini ia akan pergi, menyusul kedua orang tuanya di Mokpo. Mau tak mau, Mina akhirnya memutuskan untuk menuruti permintaan ayahnya.
Hati Mina sedikit terasa berat, karena biar bagaimanapun, Seoul adalah kota tempatnya tinggal sejak lahir. Tiba tiba meninggalkan Seoul begini, sepertinya akan membuat Mina sedikit sulit beradaptasi dengan Mokpo nantinya.
Mina menghentikan langkahnya sejenak didepan loket tiket, sebelum mendudukkan bokongnya diatas kursi untuk menunggu jam keberangkatan keretanya.
Suasana Stasiun Yongsan tampak lengang, berbanding terbalik dengan perasaan Mina saat ini. Hatinya masih kalut dan resah. Gadis itu sendiri tahu alasannya; ada yang harus ia temui sebelum pergi.
Ah—ralat, tepatnya seseorang.
Namun sepertinya, hanya Mina yang merasa ingin bertemu. Lelaki arogan yang belakangan selalu berkeliaran di pikiran Mina itu bahkan sama sekali tidak menghubunginya sampai kemarin malam, hingga gadis itu memutuskan untuk mematikan handphonenya sejak pagi tadi.
Sekali lagi, Mina tersenyum miris. Rasa suka sepihak ternyata memang menyakitkan; sangat.
Hal yang salah rasanya, membiarkan takdir membawanya bertemu Jimin beberapa kali. Lelaki bermarga Park itu bahkan sama sekali tak meliriknya barang sedikit.
Kira kira nanti, berapa lama waktu yang Mina butuhkan untuk melepaskan Jimin dari pikirannya?
Pemberitahuan bahwa kereta akan segera berangkat, menyadarkan gadis bersurai coklat itu dari lamunannya. Mina berdiri, menegakkan badan sebelum menghela nafasnya panjang.
Yah—mungkin memang harusnya begini.
Mungkin Jimin memang hanya sebatas angina lewat yang menggelitik hatinya hanya untuk sementara.
Kaki gadis itu nyaris melangkah saat sebuah tangan yang terasa dingin, menyambut tangannya dan menahannya dengan tiba tiba. Mina tersentak, tubuhnya tertahan dengan paksa.
"—Kajima" (jangan pergi)
Suara itu.
Hanya satu kata, dan suara itu bisa menghentikan pergerakan Mina yang nyaris menoleh kebelakang. Gadis itu tidak perlu mencari tahu, ia sudah bisa menebak pemilik suara raspy tersebut.
"Jebal—kajima—" Suara indah itu menyahut lagi, sedikit tertutup nafasnya yang terengah.
Rasa rindu Mina sedikit membuncah, menyesakkan relung hatinya.
Lagi, sekali lagi ia jatuh cinta begitu saja pada suara itu.
Genggaman ditangan Mina sedikit mengerat, dan genggaman erat itu pula yang menahan gerakan Mina hingga ia tak dapat bergerak masuk ke dalam jalur antri keretanya yang akan berangkat.
Mina tidak menoleh, ataupun menjawab suara itu. Debaran di dadanya mulai tidak terkendali lagi; dan Mina benci itu. Mina benci pada bagaimana keadaan hatinya saat dipaksakan bertemu si lelaki arogan.
"Myoui—" Jimin menyahut, sedikit putus asa kali ini. Tubuhnya bergerak sedikit untuk sekedar menatap wajah Mina, sementara guratan kelelahan dan kegusaran masih muncul di wajah tampannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Last Dance • PJM x Myoui Mina ( COMPLETED )
FanfictionHighest rank: #41 out of 3.7k stories in TWICE category. Menarilah untukku, hanya untukku ㅡPark Jimin. Kau, kau pikir semua didunia ini bisa jadi milikmu dengan mudah? ㅡMyoui Mina +Fanfiction