Gadis itu masih menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Wajahnya terlihat syok, tentu saja.
Dan Jimin melihat itu.
Tapi terlalu tanggung untuk menghentikan apa yang ia lakukan sekarang.
"Tuan-akhh-"
Nafas wanita dibawahnya mulai tersendat, dengan posisi tertelungkupnya ia diatas meja saat ini, sedikit susah melihat Jimin yang masih bergerak dibelakang sana. Namun wajahnya terlihat panik, mengetahui ada orang yang memergoki mereka.
Jimin menggeram tertahan, pinggulnya masih sibuk menghentak, tak peduli pintu yang kini tidak ada siapa siapa lagi. Mina sudah pergi dari sana, namun tas nya masih ada. Apa mungkin ia meninggalkannya?
Ah, persetan.
"Ugh- Shit!"
Erangan berat dari mulut Jimin keluar, bersamaan dengan desahan kecil dari wanita dibawahnya, dan tubuh keduanya yang menegang, menandakan bahwa mereka sudah bersama mencapai puncak.
"Istirahatlah dulu disini, nona." Jimin berbisik pelan diantara nafasnya yang coba ia atur.
Wanita yang menyandang status sebagai pekerja perusahaan ibunya itu mengangguk lelah, sebelum berpindah untuk merebahkan tubuhnya diatas sofa dan memperhatikan Jimin yang tengah mengganti kemeja putihnya yang basah keringat.
"Tuan Park-yang tadi itu.."
"Jangan khawatir." Jimin menyela nya cepat, senyum tipis terulas di bibirnya.
"Aku mengenalnya. Dia hanya orang lain."
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
Tubuh Mina merosot di dinding sebelah pintu ruangan laknat itu.
Ia masih belum bisa berdiri, terlalu terkejut. Ia tak menyangka akan melihat hal seperti itu secara langsung.
Baru saja Mina berpikir bahwa Jimin adalah lelaki baik, dan sekarang ia dihadapkan bahwa Park Jimin memang lelaki yang vulgar.
Tangannya masih terasa dingin, rasanya ia ingin membatalkan perjanjian kemarin. Ia paling takut dengan hal seperti ini.
Dengan lelaki seperti ini.
Mengingatkannya pada ayahnya dulu.
"Oh? Kau masih disini?"
Suara yang paling tidak inigin Mina dengar saat ini, kini menyapa telinganya, bersamaan dengan sosok tampan yang hadir didepannya.
Mina mendongakkan kepalanya, takut. Ia menatap wajah Jimin yang rambutnya terlihat berkilat, sedikit basah. Gadis itu bergidik, membayangkan sudah berapa lama mereka melakukannya.
"Aku-" Mina mencicit, suaranya hampir tak bisa terdengar.
"Kau tidak dapat menemukan aulanya?"
Mina mengangguk samar, memperhatikan bagaimana Jimin dengan santainya mengambilkan tas Mina dan mengulurkan tangan, mencoba membantunya berdiri.
Ia mengabaikan tangan itu, dan berdiri dengan cepat sebelum mengambil tasnya yang dibawa Jimin.
Bagaimana bisa lelaki ini bersikap begitu santai??
"Jim."
Seorang lelaki berjalan mendekat ke arah mereka, alisnya mengernyit melihat Jimin yang rambutnya basah keringat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Last Dance • PJM x Myoui Mina ( COMPLETED )
FanficHighest rank: #41 out of 3.7k stories in TWICE category. Menarilah untukku, hanya untukku ㅡPark Jimin. Kau, kau pikir semua didunia ini bisa jadi milikmu dengan mudah? ㅡMyoui Mina +Fanfiction