Stop

2.6K 327 47
                                    

Penat.

Itulah yang Jimin rasakan saat ini. Pekerjaan dan tumpukan kertas didepannya membuat otak Jimin nyaris meledak. Besok hari Sabtu, dan Jimin merasa malam ini ia harus lembur agar bisa menikmati hari sabtunya dengan tenang.

Lelaki itu merenggangkan badannya sejenak, mencoba menghilangkan rasa pegal di sekujur punggungnya. Ia berdiri, sedikit memutar pinggang agar pegalnya tak lagi terasa. Mata Jimin terlihat lelah, saat ia melihat tumpukan kertas yang masih banyak dan berserakan di meja kerjanya.

Namun, kedua sudut bibirnya sedikit tertarik keatas ketika matanya menangkap dua tiket taman bermain yang menyembul dari salah satu jurnalnya.

Ya, Jimin berencana mengajak Mina pergi besok.

Ada beberapa hal yang harus ia luruskan dan sampaikan dengan segera, sebelum jarak antara mereka makin melebar. Untuk kali ini, Jimin ingin memulai segalanya dari awal, dengan Mina. Setelah beberapa saat, dan Jimin merasa perasaannya sudah mantap.

Ucapan Mina kemarin masih menohoknya bahkan hingga sekarang. Lelaki Park ini merasa semakin jahat. Ia harus membuat perubahan; dan rasanya, mulai serius pada Mina merupakan langkah awal yang tepat.

Jimin melihat sekitar kantornya, menghela nafas sebelum kembali melanjutkan pekerjaan yang sedikit lagi rampung. Tangannya menandatangani beberapa arsip dengan cekatan.

Jam dipergelangan tangannya menunjukkan pukul 8, sedikit lagi dan ia akan pulang, akhirnya. Tak butuh waktu lama bagi Jimin untuk menyelesaikan pkerjaannya dan merapihkan barang barangnya sendiri sebelum melangkah keluar menuju lift. Sementara tangan Jimin sibuk mengetik pesan pada seseorang,

To: Myoui
Apa besok siang kau ada waktu?

Kaki Jimin melangkah ke basement, masuk kedalam mobilnya dan mengendarai mobil itu kearah luar area perusahaan menuju jalan raya. Matanya sesekali melirik ponsel yang sengaja Jimin letakkan di kursi penumpang hanya untuk mengecek apabila ada pesan balasan dari Mina.

Jimin menghentikan mobilnya sejenak digerbang terluar area perusahaan. Matanya mengitar, menunggu jalanan agak lengang untuk kembali melajukan mobilnya. Namun, tatapannya tiba tiba terpaku pada dua orang yang ia kenal, yang kini sedang berjalan menyebrang.

Mata Jimin pun melihat dengan jelas saat Namjoon merangkul pinggul Myoui-nya untuk membantu gadis itu berjalan sedikit lebih cepat.

Spontan, Jimin merasa hatinya mendadak panas, dan lelaki itu bahkan menjadi tak peduli pada tujuannya untuk segera pulang.

Pemandangan yang ia lihat membuatnya sedikit marah.

Tangan Jimin mengepal, mencengkra setir hingga buku buku jarinya memutih.

Cemburu?

Ya—mungkin memang itu yang ia rasakan. Jimin lelaki yang cukup posesif, dan melihat Namjoon bergitu dekat dengan Mina, lagi lagi membuatnya kesal.

**

"Terima kasih sudah menemaniku dan mengantarku pulang, Namjoon ssi." Mina tersenyum lembut. Tangannya melepas sabuk pengaman sementara matanya tak lepas dari Namjoon.

"Tidak masalah, aku rasa akan menyenangkan kalau kita sering melakukannya."

Senyum Mina mengembang, kepalanya mengangguk setuju. Kehangatan Namjoon tak berubah sedikitpun sejak dulu, dan itu membuatnya nyaman.

Bisa dejat dengan Namjoon merupakan salah satu hal yang disukai Mina; ia suka reaksi perasaan senang dan nyamannya.

Mina melangkah turun, bersamaan dengan tatapan Namjoon yang sedikitpun tak lepas darinya.

Your Last Dance • PJM x Myoui Mina ( COMPLETED )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang