Mina melangkah keluar dari rumah kecilnya. Tangannya menjinjing bekal yang ibunya buatkan, sembari berdiri dari duduknya tepat setelah gadis itu selesai mengenakan sneakers abu abunya. Tubuh Mina menggigil sejenak, merasakan betapa suhu musim dingin di hari ini sedikit menusuk.
"Ingat ibu harus ke rumah sakit hari ini!" Ia berteriak kecil dari luar sementara tangannya melambai kecil pada sang ibu, disambut teriakan mengiyakan dari dalam rumah.
Gadis itu melangkah semangat menuju salah satu restoran milik kekasih temannya, Momo. Kekasih sahabatanya itu, ㅡMarkㅡ Memiliki satu restoran besar di dekat persimpangan.
Hari ini ia akan bekerja seharian penuh, dan berencana untuk pergi menjaga toko pada malam hari. Kemarin, setelah seharian berkeliling, Mina berhasil mendapatkan uang untuk membayar hutangnya.
Yah, tentu saja dengan berhutang lagi.
Hutang pasti akan seperti itu, untuk menutup yang lama, kau harus menggali lubang baru. Mina sendiri belum bisa membeikan banyak uang untuk melunasi hutangnya dengan cepat, sementara ia harus menabung demi pengobatan ibunya dan kebutuhan hidup yang sedikit banyak, cukup membebaninya.
Kehidupan membuat Mina sedikit lebih kuat dan tegar, saat ini.
Sebenarnya gadis itu merupakan gadis lembut, ia bekerja sebagai salah satu pengajar di sekolah ballet, dan pada hari weekend, mina tampil di teater kota.
Tapi keadaan keluarganya membuat nya harus banting tulang. Bahkan gadis itu kadang tak punya waktu untuk istirahat.
Ayahnya meninggalkan ia dan ibunya. Lalu sialnya, lelaki itu membebani mereka dengan hutang yang besar. Ditambah lagi ibunya yang harus rutin cek ke rumah sakit karena penyakit kankernya yang makin hari makin parah.
Untungnya, Mina bukan gadis yang suka mengeluh, apa lagi memilih milih pekerjaan. Apapun yang Mina dapat kerjakan, akan ia kerjakan.
Ya, kadang hidup memang sesulit itu, kan?
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
"Ulangi lagi."
Satu sentakan yang terdengar pelan tapi menusuk keluar dari mulut Park Jimin, bersamaan dengan kertas laporan yang dilempar ke atas meja dengan kasar. Tepat setelah pekerja yang menurutnya ttak becus itu meninggalkan ruangannya, Jimin mengurut keningnya pelan.
Belakangan, penjualan perhiasan di toko milik ibunya makin menurun.
Hal ini membuat mereka harus menarik uang dari sebagian besar pihak yang sempat meminjam uang pada perusahaannya.
Dan sialnya, ia yang harus repot repot jadi rentenir untuk memaksa orang orang mengembalikan uangnya, meski ia tak mau. Sedikit banyak. Jimin mengerti bahwa jadi penarik hutang membuatnya dibenci banyak orang. Semua kesibukan ini membuat kepalanya pening.
Ditambah lagi, para pekerja yang dia anggap tak becus.
Cih.
Lelaki itu melonggarkan dasinya sebelum melempar diri ke atas sofa di ruangannya, tangannya beralih mengambil ponsel di sakunya.
Jimin butuh pelampiasan, dirinya mulai lelah. Alisnya berkerut dengan tak tenang, sementara jari jari Jimin mengetik pesan di ponsel dan mengirimnya pada beberapa teman. Namun, gerakan itu berhenti saat suatu tempat untuk menghilangkan kejenuhan mendadak melewati benaknya.
Night club sounds good and entertaining, right?
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Last Dance • PJM x Myoui Mina ( COMPLETED )
Fiksi PenggemarHighest rank: #41 out of 3.7k stories in TWICE category. Menarilah untukku, hanya untukku ㅡPark Jimin. Kau, kau pikir semua didunia ini bisa jadi milikmu dengan mudah? ㅡMyoui Mina +Fanfiction