Gift.

3K 381 39
                                    

Langit mulai berubah Jingga, menandakan hari mulai berganti sore. Cahaya nya memantul indah, menghiasi permukaan sungai Han. Beberapa kilauan dari cahayanya menerpa wajah Mina, membuatnya sedikit mengerjap.

Gadis itu mendesah pelan, merasakan dinginnya udara sisa sisa musim dingin yang sama sekali belum bisa membantunya menjernihkan pikiran.

Sudah dua hari, gadis itu tidak pulang ke rumah. Bahkan untuk sekedar menengok ibunya pun ia enggan. Mina sama sekali belum berniat kembali. Ia lebih memilih menyewa penginapan murah didekat tempatnya biasa berdiam dan mencoba berpikir dengan kepala dingin.

Mina merebahkan badannya perlahan keatas rumput dipinggir sungai. Bentuk tanah yang sedikit menurun membuatnya lebih dapat melihat kontrasnya perbedaan warna langit dan sungai, yang terlihat begitu indah.

Matanya menutup sedikit demi sedikit, merasakan hembusan angin menerpa wajahnya.

Ia kembali berpikir ulang, mencoba mencari alasan kenapa ayahnya kembali saat ini. Dan kenapa ibunya bahkan sama sekali tak terlihat marah ataupun kacau seperti Mina.

Nyaris, ia nyaris menangis lagi. Kenapa belakangan ini rasanya Mina semakin rapuh?

Mina membuka matanya sedikit, tepat saat ia merasakan sesuatu menutupi cahaya matahari sore yang sempat menerpa wajahnya.

"Noeㅡ" (kau)

Ah, suara itu. Baru lebih dari 48 jam Mina tidak mendengarnya, dan kali ini entah kenapa suaranya terdengar mendamaikan.

"Kenapa kau disiniㅡ" mina menyahut duluan, mendudukkan tubuhnya dan menatap lelaki didepannya dengan pandangan terkejut.

Jimin lunglai, ia merasa lututnya mendadak lemas; dan lega. Kedua lututnya menyentuh tanah, mata Jimin terpejam, merasakan betapa rasa khawatirnya selama 2 hari belakangan akhirnya hilang.

"Michyeoseo?!"

Ia nyaris berteriak geram, tangannya mencengkram kedua pundak Mina sedikit keras, membuat empunya meringis kaget.

"Kau disini selama dua hari ini sementara aku nyaris gila mencarimu kemana mana?!"

Mina tak mengerti, keberadaan Jimin saja sudah membuatnya kaget. Apalagi nada suaranya yang mendadak tinggi.

Dan tatapan Jiminㅡ tatapannya sulit diartikan. Lelaki itu seolah ingin marah pada Mina, namun mati matian menahannya.

"Kenapa kau menghilang tiba tiba?" Kali ini, cengkraman Jimin pada pundak Mina mengeras. "Kenapa kau mengabaikan pesan ku dan tidak mengaktifkan ponselmuㅡ?!"

"Jimin-ssi, appoㅡ" (sakit)

"Kau nyaris membuatku gilaㅡ" cengkramannya mengendur, kepala Jimin menunduk lemas.

Mina nasih terdiam, ia menatap Jimin tak paham. Namun entah mengapa, hatinya sedikit menghangat.

Laki laki arogan ini mencarinya?

Ah, benar jugaㅡ

"Kau pasti sibuk di kantor saat aku tak ada, mianhae" Mina terkekeh samar, seolah mengucapkan hal itu pada dirinya sendiri untuk mengingatkan bahwa Jimin bukannya perhatian padanya.

"Bukan."

Selaan itu keluar dengan cepat, sementara kedua mata Jimin menatap Mina, dalam.

"Bukan karena itu aku mencarimu. Myoui Mina, geu go arra yo?" (Do you understand?)

Tangannya menarik Mina mendekat, memeluk tubuh didepannya dengan sedikit erat, seolah takut Mina akan pergi, lagi.

"ㅡMichige mandeureo niga" (you're driving me crazy)

Your Last Dance • PJM x Myoui Mina ( COMPLETED )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang