Seoul merupakan kota yang ramai dan indah, sebenarnya. Namun, semua itu terasa bohong bagi Jimin saat ini. Berbanding terbalik dengan suasana kota, hati Jimin justru diselimuti perasaan bersalah serta sesak, bahkan biarpun sekarang matanya dapat melihat Mina yang sedang tersenyum.
Dan sayangnya, senyum itu bukan untuk Jimin, melainkan untuk lelaki jangkung yang tadi katanya datang untuk membawakan laporan serta berkas perusahaan.
Dari ruangan Jimin dan Mina yang terbatas kaca tebal dan transparan, Jimin masih memandang tak suka.
5 hari.
Sudah 5 hari sejak kejadian di Mokpo dan luka akibat perkataan Mina masih menganga lebar di hati lelaki Park itu.
Jimin mengangkat gagang teleponnya sebelum menekan nomor 5, angka speed dial yang langsung tersambung dengan sekretarisnya itu.
"Ke ruanganku, sekarang."
Tanpa menunggu Mina menjawab, Jimin dengan kasar meletakkan kembali teleponnya. Matanya menatap ruang Mina dengan awas dan menghela nafas ketika akhirnya gadis itu berhenti bicara dengan Namjoon untuk masuk ke ruangan Jimin.
"Ada yang bisa saya kerjakan, tuan?"
Lagi lagi kata kelewat formal itu diucapkan dengan mata Mina yang menatap Jimin datar.
"Myoui," Jimin mendesah pelan, "Dengarkan aku.."
"Saya punya dokumen yang harus dikerjakan."
Cepat dan lugas, Mina memotong ucapannya. "Kalau boleh, bisa bicara pada intinya?"
Sudah 5 hari selalu seperti ini. Mina menyiksa Jimin—sangat—dengan menjauhinya. Dan kenyataan bahwa gadis itu baik baik saja tanpa bicara padanya lebih memukul JImin lagi. Ditambah dengan Namjoon hyung-nya yang terlihat makin gencar mendekati Mina.
Ah—entah kenapa Jimin merasa benar benar sakit kali ini.
Mina masih berdiri didepan meja Jimin dalam diam, menunggu perkataan Jimin selanjutnya. Jarum jam yang bergerak melambat dan suara detikannya seolah mengejek Jimin; menghina betapa kali ini Myoui Mina benar benar tak mempedulikannya.
"Siapkan berkasku, aku harus ke ruang rapat sebentar lagi."
—Dan akhirnya, hanya itu yang bisa Jimin ucapkan.
Dari sekian banyak tumpuk pikirian yang berkecamuk, tak ada yang bisa tersampaikan pada Mina.
Gadis didepan Jimin Jimin mengangguk pelan. Tanpa Jimin sadari, gadis itu masih menggenggam ujung blazernya dengan erat, mengenyahkan perasaan rindu pada Jimin serta hasrat untuk berbincang lagi dengannya.
Kaki Mina baru akan melangkah keluar saat Jimin tiba tiba menahan tangannya untuk sekedar menyelipkan selembar kertas post it berwarna kuning kedalam saku blazernya.
"Bawakan berkasnya keruang rapat, aku akan pergi sekarang." Jimin berujar setelahnya, ia lebih dahulu keluar dari ruangan itu dan meninggalkan Mina dengan segala perasaan yang berkecamuk.
Terlebih saat Ia membaca tulisan Jimin disana, ditulis dengan tinta hitam dan aroma Citrus khas parfumnya yang tercium samar.
Setelah pulang kerja, jangan pergi dulu.
Tunggu aku menyelesaikan raputnya, baru kita bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Last Dance • PJM x Myoui Mina ( COMPLETED )
FanfictionHighest rank: #41 out of 3.7k stories in TWICE category. Menarilah untukku, hanya untukku ㅡPark Jimin. Kau, kau pikir semua didunia ini bisa jadi milikmu dengan mudah? ㅡMyoui Mina +Fanfiction