Wedding (2)

3.3K 379 68
                                    

Mata Jimin tak pernah memandang hal lain, selama ia memainkan piano itu, Jimin selalu menatap Mina. Matanya hanya tertuju pada satu titik.

Sementara Mina, menari dalam diamnya. Entah karena efek lagu yang Jimin bawakan atau karena hal lain, Jimin bisa melihat perubahan ekspresi wajahnya. Tak ada lagi Mina yang manis, bahkan tak ada lagi temu pandang antara mereka.

Sial, harusnya ia menghafalkan lagu lain beberapa tahun lalu, sehingga bukan lagu ini saja yang akan ia ingat.

Mata Jimin mengarah pada tamu tamu yang sedang duduk sembari menikmati makanan mereka. Matanya menangkap ekspresi kekecewaan dari wajah Seulgi dan tatapan marah dari Namjoon. 

Terang saja, mungkin mereka tahu makna lagunya?

Beberapa denting musik terakhir, dan lagunya selesai. Mina menutupnya dengan sempurna. Sedikit gerakan ronde jam (gerakan setengah lingkaran yang dibuat oleh kaki menunjuk kembali melalui posisi pertama untuk mengulang; menciptakan huruf D di lantai), dan menelungkupkan badannya dilantai tepat setelahnya.

Tepuk tangan langsung terdengar ramai saat dentingan piano terakhir menutup penampilan Jimin dan Mina. Keduanya berdiri tegap, sebelum menundukkan badan ke arah penonton.

Seulgi tersenyum puas, ia memang tak salah memilih Mina dan meminta Jimin untuk mengiringinya. Biar bagaimanapun, ada satu emosi yang sama antara mereka berdua.

Mina memutar badannya canggung, hampir meninggalkan panggung saat sebuah suara memanggilnya lewat mic.

"Mina."

Tubuhnya menegang, dengan susah payah menegak saliva dan memutar badannya untuk menghadap ke arah suara yang ia kenal.

"Sebelumnya maafkan aku karena memainkan lagu ini di pernikahan Jong In-ssi dan Seulgissi. Salahkan pemain piano yang seharusnya ada disini hari ini." Kekehan keluar dari mulut Jimin, ia mengedikkan bahu ketika Seulgi melotot ke arahnya. "Hanya lagu wedding dress itu yang aku tahu."

Mina masih terdiam di tempatnya, nafasnya mulai berubah menjadi tak teratur. Kegugupannya bersumber dari panggilan Jimin padanya tadi, dan pad acara Jimin menatapnya kali ini.

"Karena itu, aku minta kau jangan salah paham." Sedikit mengerutkan bibir kea tas, Jimin menghela nafas dan melangkah naik ke atas panggung, masih dengan Mic di tangannya. "Lagu itu tak berarti apa apa."

Mata Mina melihat kearah Jimin yang makin mendekat. Amarah dan rasa kecewanya seperti menguar sedikit demi sedikit, sementara hidung gadis itu mulai terasa nyaman. Tubuh Jimin kini berjarak tak lebih dari satu meter, dan Mina dapat mencium aroma parfum citrus itu.

"Aku mencintaimu."

Bisikan, hanya sebuah bisikan yang tiba tiba namun terdengar menggema karena sialnya, Jimin mengatakannya tepat didepan Mic yang masih menyala.

Mina membuka bibirnya sedikit, menunjukkan rasa kagetnya lewat ekspresi wajah.

Sementara Jimin? Ia tak merasa malu sedikitpun. Bahkan baginya, kali ini hanya ada dirinya dan Mina. Persetan dengan orang lain, Jimin hanya tak ingin Mina kembali salah paham dan memperkeruh keadaan yang sudah memburuk di antara mereka.

"Aku tahu ada banyak kesalahan yang aku lakukan padamu, banyak salah paham diantara kita. Aku tahu aku selalu bertingkah tak tegas dan seolah mempermainkanmu." Lelaki itu menghela nafas, merasakan degupannya terpacu saat Mina menatapnya tanpa berkedip.

"Tapi aku mencintaimu, dan kau harus tahu itu."

Mina nyaris tak bernafas, matanya masih menatap lelaki dengan suit hitam didepannya ini dalam bingung. Detak jantungnya tak beraturan, terlebih saat Jimin meletakkan mic di genggamannya ke sembarang tepat, dan mencondongkan tubuhnya lebih dekat.

Your Last Dance • PJM x Myoui Mina ( COMPLETED )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang