Gadis berambut sebahu itu masih di tempat duduknya, menyaksikan kepergian Jimin yang pulang kantor sendirian, lagi.
Menggigit bagian dalam bibir bawahnya, Mina sedikit meringis. Jimin bahkan tak berpamitan padanya.
Mina tak pernah mempermasalahkan si kekasih yang pergi tanpa mengantar Mina pulang terlebih dahulu; ia cukup paham situasi. Namun keadaan ini, kecanggungan dan rasa dingin diantara keduanya seolah membunuh si gadis Myoui.
Ia jelas mengerti kalau Jimin masih sedikit banyak menyalahkannya atas apa yang terjadi pada Seulgi. Namun tidakkah ia pantas diberi rasa nyaman? Setidaknya Mina butuh diberi kehangatan pelukan Jimin dan suaranya yang mengatakan bahwa ini semua sama sekali bukan kesalahan yang ia perbuat.
Merindu.
Sumpah, Ia merindukan Jimin setengah mati.
Ada satu hasrat didalam tubuhnya yang benar benar menginginkan kasih sayang Jimin, seolah seluruh sel yang ia punya hanya membutuhkan Jimin.
"Ayo pulang."
Tanpa dilihat, Mina sudah tahu siapa yang kini ada didepan mejanya. Lelaki tampan itu masih tersenyum, menunggu Mina yang sedikit mengangguk dan terlihat kewalahan mengurus barang barangnya.
Beberapa hari belakangan, Namjoon selalu muncul dihadapan Mina saat jam pulang kantor. Meski Mina berulang kali mencoba menolaknya, namun Namjoon tetap sama, keras kepala.
Dan pada akhirnya, gadis itu mulai terbiasa dengan keberadaan Namjoon.
Lelaki kim itu sendiri yang meminta Mina untuk menganggapnya sebagai teman dekat, bukan pengganti Jimin.
If only she knows, berada didekat Mina seperti ini membuat Namjoon merasa sangat nyaman sekaligus takut. Beberapa kali pikiran jahat terbersit dikepalanya.
Melihat kelakuan Jimin saat ini, Namjoon hanya bisa berharap mereka berdua bisa berpisah secepatnya.
Jahat, memang. Karena Namjoon sendiri tahu, kedua orang itu sama kacaunya. Jimin yang kacau karena Seulgi dan Mina yang kacau karena semua yang ia hadapi. Tak sampai hati bicara pada Jimin, Namjoon hanya dapat menghibur Mina untuk saat ini.
"Dingin sekali—" Mina menggigil sejenak ketika mengenakan sabuk pengamannya, sementara mata gadis itu hanya tertuju kedepan. "—kau tidak kedinginan?"
Dan kali ini, mata jernihnya menatap Namjoon sembari berkedip beberapa kali.
Kepala Namjoon mengangguk, sementara tangannya memutar setir untuk berbelok keluar pekarangan kantor. "Dingin." Selanjutnya, ia hanya terkekeh pelan. "Mungkin tidak akan dingin kalau kau peluk."
Mina hanya mencibir, ia sudah terbiasa dengan candaan Namjoon beberapa kali, sementara tangannya memukul jok sandaran Namjoon. "Kau pikir aku selimut?"
Cukup begini saja. Bagi Namjoon, semua ini sudah lebih dari cukup.
Bisa menghabiskan harinya bersama Mina saja sudah membuatnya sangat senang dan ia tahu bahwa dirinya tak boleh berharap lebih dari itu.
Dapat menikmati senandung lirih dari bibir Mina saat lagu favoritnya diputar di radio mobil saja dapat membuat rasa lelahnya sedikit berkurang.
Sial sekali nasibnya. Jatuh cinta pada wanita yang entah sampai kapan tak akan bisa ia miliki.
"Ah, oppa!"
Senandung milik gadis itu berhenti dan terganti dengan suaranya yang seolah mengingat sesuatu. "Bisa kita berhenti di sekolah balet tempatku mengajar?"
Dan setelahnya, Mina tersenyum lebar saat Namjoon mengangguk bingung dan memarkirkan mobilnya dibawah pohon tepat didepan sekolah balet yang Mina maksud.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Last Dance • PJM x Myoui Mina ( COMPLETED )
FanfictionHighest rank: #41 out of 3.7k stories in TWICE category. Menarilah untukku, hanya untukku ㅡPark Jimin. Kau, kau pikir semua didunia ini bisa jadi milikmu dengan mudah? ㅡMyoui Mina +Fanfiction