Warm.

3.4K 366 23
                                    

"Aku tak mau makan disini."

Dengusan kecil terdengar dari mulut Mina, sedikit merajuk. Ia enggan bangkit dari tempatnya duduk, dan lebih memilih untuk mengerutkan alis.

Jimin menghela nafas pelan. Ia bisa menghargai pilihan Mina, tapi ayolah, apa salah kalau membawa gadisnya pergi ke tempat makan yang mewah?

"Ini tempat favoritku, kau harus coba masakannya."

Mencoba tersenyum, lelaki bermarga Park ini, melepas sabuk pengaman yang Mina kenakan. Setidaknya ia berharap mereka bisa lebih cepat makan siang karena perutnya sudah terlalu lapar untuk berdebat.

"Apa—harganya mahal sekali?" Mina menatapnya, sementara bibir gadis itu masih tertekuk ke atas.

"Tidak." Kekehan pelan keluar dari mulut Jimin. Ia tak paham lagi, kekasihnya ini hemat atau pelit? "Setidaknya tidak semahal makanan yang dulu sempat kita makan bersama, ingat? Saat kau akhirnya menarikku ke sungai Han."

Mina mengangguk kecil, kali ini menyuruh dirinya sendiri untuk ikut setuju dan akhirnya, setelah sekitar lima menit berdebat soal makanan, ia menuruti kemauan Jimin.

Setelahnya, tepat saat keduanya memasuki ruang restoran itu, Mina dapat merasakan bahwa pegawai pegawai disini mengenal Jimin.

Apa lelaki itu sangat sering datang kemari?

Lelaki Park itu membawa Mina ke salah satu tempat duduk yang berada dekat dengan jendela. Sebenarnya bukan tempat kesukaan Jimin, jujur saja. Ia lebih suka duduk di sofa di pojok ruangan dan mengerjakan beberapa laporan daripada melihat cahaya matahari yang terlalu terang.

Tapi mengingat spot favorit Mina, sesekali duduk berdua di dekat jendela tak ada salahnya kan?

Seorang pelayan dengan telaten menyambut Jimin dan Mina, sebelum membantu menarik kursi untuk mereka duduk. Sejujurnya, Mina sedikit risih. Ia tak biasa dan tak suka diperlakukan begini.

"Kau saja yang pesankan makanannya." Mina menyahut, tepat saat Jimin menyodorkan buku menu padanya. "Aku tak mau melihat harga makanannya."

Ucapan jujur dari Mina membuat sudut bibir Jimin tertarik sedikit, mau tak mau. Gadisnya selalu menggemaskan saat merajuk seperti ini.

Jimin memesankan beberapa makanan biasa, seperti steak dan pasta. Oh, dan 2 gelas jus anggur untuk mereka berdua. Sedikit banyak, Jimin merasa lega karena kekasihnya ini tak pilih pilih soal makanan.

Ponsel Mina bergetar sedikit, menandakan adanya pesan masuk. Dan dengan cepat, tangan gadis Myoui itu membuka pesan yang ia terima. Senyumnya mengembang, tepat saat ia tahu pengirim pesannya.

"Oh, Seulgi unni akan kembali besok."

Mata bulat Mina berbinar, memandang Jimin senang. Semenjak Seulgi pergi ke Paris untuk berbulan madu selama 4 hari, Mina kerap merasa kesepian. Tak ada yang menemaninya bicara.

Momo? Ah, gadis itu baru saja pergi untuk mengunjungi keluarganya di Jepang.

Jimin? Jangan tanya, pemuda itu selalu sibuk dengan pekerjaannya.

"Dia kelihatan senang." Jimin menganggukkan kepala, tanpa beban.

Mata Jimin hanya menatap sekilas pada foto Seulgi dan Jongin yang tersenyum senang dengan latar Menara Eiffel melalui layar ponsel Mina. Sejurus kemudian, kedua binar itu menatap wajah Mina lagi. Gadis didepannya masih tersenyum, mungkin ikut senang karena Seulgi terlihat bahagia?

Your Last Dance • PJM x Myoui Mina ( COMPLETED )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang