"Dia belum juga ditangkap?"
Suara Jimin terdengar gusar saat mendengar ucapan pengacara Seulgi dari seberang telepon. Keberadaan Jong In yang masih bebas berkeliaran membuatnya marah, ditambah kenyataan yang ia ketahui soal bagaimana pria itu menyiksa Seulgi.
Pernyataan Mina pun tak dapat dianggap valid untuk menyeret Jong In ke pengadilan, tak ada bukti soal penganiayaan itu.
Jimin mengusak surainya kasar, sebelum memijat kerutan diantara kedua matanya yang belakangan sering muncul karena otaknya berpikir terlalu keras.
Matanya menerawang, memandang tepat ke ruangan Mina di sebelah ruangannya. Gadis cantik miliknya itu tengah serius dengan pekerjaannya. Ah—Jimin tiba tiba tersadar. Kapan terakhir mereka makan bersama?
Tubuh Jimin berdiri tegap dari duduknya. Lelaki itu baru akan melangkah keluar ruangan ketika matanya menangkap Namjoon yang masuk ke ruangan Mina dengan sneakers hitam miliknya.
Si pria Kim tersebut terlihat sedikit kesal; dapat Jimin tangkap ekspresi itu. Namun begitu, tiba tiba ia membungkuk didepan Mina dan mengganti heels kekasihnya dengan sneakers yang ia bawa.
Wah. Jadi hyung nya itu sudah sejauh ini mendekati Mina? Bahkan tepat didepan matanya?
Hati Jimin mendadak panas, terlebih saat ia melihat Mina membalas senyum Namjoon dengan sedikit tawa cerah. Baru beberapa hari ia lengah, dan Namjoon sudah bisa menggantikan tempatnya?
Kakinya melangkah cepat, masuk ke dalam ruangan Mina bahkan sebelum Namjoon menegakkan badan.
"Sedang apa, hyung?"
Satu sentakan dan Mina sedikit terkejut, sedangkan Namjoon masih tetap dengan senyumnya sembari berbalik dan berdiri menghadap Jimin. "Kekasihmu baru saja melukai kakinya saat menari beberapa hari lalu, karena itu ia tak masuk kerja kemarin."
Satu senyuman miring ia berikan pada Jimin.
"Tidak sadar akan hal itu, eh?"
Sedikit bingung, namun ia masih geram. Tak mau menyahut lagi, Jimin lebih memilih untuk mendekat dan menggenggam pergelangan tangan Mina sedikit keras; penuh rasa posesif.
Gadis itu berdiri secara mendadak, menatap Jimin bingung. "Kerjaanmu sudah selesai?"
"Sudah." Jimin menyela cepat, "Ayo makan siang bersama."
Keduanya pergi meninggalkan Namjoon yang masih berdiri dalam diam disana, yang masih tersenyum samar meski tak dipungkiri, ia mulai tak suka cara Jimin menjadi protektif pada Mina.
Hentakan kaki yang sedikit berisik terdengar dari pantofel milik Jimin ketika kakinya menapak. Sementara, gadisnya masih diam dibelakang, membiarkan Jimin yang melangkah sedikit cepat sembari menariknya.
"Kakimu terluka?" Kali ini langkahnya melambat. Tubuhnya berputar, menghadap Mina. Ada segurat garis kesal disana,
"Kudapat saat latihan balet." Mina mengerjap.
"Dan bagaimana Namjoon hyung bisa tahu?"
"Ia mengantarku pulang waktu itu." Mengedikkan bahu, Mina memilih untuk menatap Jimin tepat dimatanya. "Kau terlalu sibuk menyalahkanku,ingat?"
Jimin mendengus, "Mina. Aku sungguh tak ingin berdebat soal ini—"
"Arra yo." Gadis didepannya terkekeh pelan dan menyela Jimin, ia melangkah lagi. "Ayo makan, aku lapar."(aku paham)
Pengalihan pembicaraan, dan Jimin mulai sadar bahwa Mina sedikit menghindarinya. Kali ini, sepanjang langkah mereka ke kantin perusahaan pun lebih hening. Mina tenggelam dalam senandungnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Last Dance • PJM x Myoui Mina ( COMPLETED )
FanfictionHighest rank: #41 out of 3.7k stories in TWICE category. Menarilah untukku, hanya untukku ㅡPark Jimin. Kau, kau pikir semua didunia ini bisa jadi milikmu dengan mudah? ㅡMyoui Mina +Fanfiction