Chapter # 4

113K 6.2K 405
                                    

Rangga Pov

"Ayooo... ayooo dimakan... jangan sungkan... bebas racun kok!" kata Olin seraya tersenyum lebar seraya memasang sendok di masing-masing makanan di piring lauk dan sayur.

Aku menatap Daru dan Bima yang menatapku dengan canggung campur takut. Astaga, memang aura Olin kalau marah bisa membuat bocah bandel sekalipun langsung menciut nyalinya. Aku tidak akan memberi contoh terlalu jauh, aku saja contohnya. Aku ini bad boy dan play boy, dulu tapi sebelum mengenal Olin. Sebelum Mr. Cupid memanahkan panah cintanya padaku sehingga aku cinta mati padanya. Tapi setelah aku mengenalnya, semuanya berubah.

Semuanya berubah sejak negara api menyerang. Sepenggal kata-kata Avatar Aang itu membuatku merenung. Olin itu seperti Raja api yang membuat semua negara dari berbagai elemen itu berubah. Dan negara dengan berbagai element itu adalah diriku. Ishhhh...

"Ada masalah?" tanya Olin yang membuatku mendongak, syukurlah dia masih memperhatikanku.

"Han-"

"Apa kolokenya ga enak?? Ahhh, kamu kan ga terlalu suka ayam ya..." aku terdiam dan menggenggam erat sendok ku.

Shit!!! Bukan aku yang dia tanya tapi Dave.

"Honey ini sambelnya kamu yang buat ya?? Ini-"

"Deki ambil yang banyak ikannya... kalian siapa tadi namanya??" tanya Olin tanpa menghiraukan apa yang aku ucapkan.

"Daru Mbak..." ucap Daru canggung seraya meringis.

"Saya Bima Tan! Eh- Mbak..." ucap Bima gugup seraya mengelap keringat di keningnya dengan punggung tangannya.

Hhh... Olin ternyata masih marah padaku meskipun aku sudah mengabulkan permohonannya. Aku menatap Olin dan mengingat lagi permintaannya tadi.

Flash back on

"Honey please dengerin aku dulu yaa... aku ga selingkuh! Suer!" seruku seraya mengangkat jari telunjuk dan jari tengahku membentuk huruf V.

"Dan aku ga ada hubungannya sama Jovanca!" ucapku penuh penekanan disetiap katanya.

"Kamu percaya aku kan?" tanyaku akhirnya karena dia tak kunjung bersuara dan hanya mengelus perutnya dan juga meringis.

"Are you ok Honey?" dia mendesah dan membuang pandangannya ke arah kolam.

"Kamu itu egois!" vonisnya dengan mata berkaca-kaca dan menatapku kembali.

Oh, God... aku berasa jadi suami paling jahat di dunia karena membuat Olin akan menangis lagi. Aku berjalan mendekat dan memeluknya.

"Maaf... aku ga bermaksud nyakitin kamu... maaf tadi aku udah bentak kamu dan si kecil, apalagi di depan anak-anak..." saat seperti ini aku pasti merasa sedih dan merasa terlalu muda untuk Olin.

Aku mencium pucuk kepalanya dan menunduk padanya.

"Kemarilah..." aku menarik kursi dan memintanya duduk sementara aku bersimpuh dilantai masih dengan memegang kedua tangannya yang terasa dingin.

Takut?

Ya, dia takut. Aku tahu dia masih tidak percaya denganku dan takut aku akan meninggalkannya suatu saat nanti. Tapi yang sebenarnya akulah yang takut jika kelak dia yang akan meninggalkanku karena aku terlalu kekanak-kanakan.

Suamiku Brondong?! 2 (Sebagian sudah dihapus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang