Daddy & Mantan's

38.7K 3.9K 314
                                    

Aku mengusap pelan lengan Abby yang kecil, sejak tadi dia sepertinya gelisah.

Kembali  kutatap  Arlan yang menghentikan mobilnya saat lampu berwarna merah. Dia ini tidak berubah sama sekali sejak kami putus. Kebiasaannya saat dilampu merah selalu menengok ke kiri dan kanan entah mencari apa.

"Ketemu sesuatu?" tanyaku yang membuatnya meringis.

"Enggak..." sahutnya sambil meringis.

"Hallo sayang..." sapa Arlan pada Abby yang membuka matanya dan bukannya tersenyum Abby malahan menangis.

"Ishhh... bikin rame deh... kamu tuh nakuti Abby..." aku segera menepuk mengusap pelan Abby untuk menenangkannya.

"Ehh... cup... cup... Abby kan mau jemput kakak...." bukannya diam Abby semakin rewel.

"Apa dia seperti Rangga? Punya sensor negatif sama aku?" tanya Arlan dan tentu saja aku melotot padanya yang disambut cengiran darinya.

"Hehehehe... kali aja gitu Lin... wait!" aku mengehentikan tanganku yang hendak memukul bahunya karena tiba-tiba handphonenya berbunyi.

Baru beberapa detik handphone itu menempel ditelinganya, Arlan terlihat mengerutkan kedua alisnya dan menatap layar handphone itu.

"Ajaib ya... dia benar-benar punya sensor yang kuat, wahhh... kalo' lo diculik nggak perlu lapor polisi kali' Lin... hihihi... nih..." aku mengerutkan keningku.

"Rangga?" tanyaku sambil menepuk Abby lagi pelan.

"Cup... cup... ini Daddy telfon sayang..." ucapku dan begitu nama Daddy-nya disebut Abby pun terdiam dan menggerakkan kaki dan tangannya dengan riang.

"Ishhhh... father complex nih si Abby..." aku pun kembali melotot pada Arlan sambil meraih handphonenya dengan kesal.

"Hallo Hon-"

"Dimana? Aku jemput sekarang!" suara penelfon diseberang terdengar marah dan kesal, aku tahu pasti mbok Jum salah kasih info ini. Hihhhhh, gemes sama mbok Jum. Pasti bilang yang enggak-enggak.

"Hon, ini mau jemput kamu di-"

"Dimana?!" tanyanya dengan suara sedikit naik yang membuatku sedikit takut. Aku ini hanya wanita yang sekarang sedang jatuh cinta dengan suamiku jadi wajarkan kalau aku takut saat dia marah dan menaikkan satu nada lebih tinggi?

Lagi pula kalau aku diposisi Rangga pasti juga akan sama. Aku akan marah saat dia berduaan dengan mantan pacarnya. Jangankan mantan pacarnya, dengan wanita lain yang tidak aku kenal saja aku masih cemburu.

"Umm... masih di lampu merah, udah hampir sampai Cafe..."

"Berhenti dan tunggu disana! Aku dan anak-anak kesana!" ucapnya lagi yang masih terdengar kesal.

"Kata mbok Jum ke kampus. Buk-"

"Udah pulang! Nggak jadi presentasi!" sahutnya ketus yang membuatku merasa serba salah. Pasti karena dia tahu aku diantar Arlan, dia membatalkan presentasinya.

"Oh, iya! Mati gue! Presentasinya gimana??" aku mengernyit saat kudengar ada suara lain yang tidak asing, seperti suara Daru atau Bimo.

Suamiku Brondong?! 2 (Sebagian sudah dihapus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang