"Kee... cari apa?" aku menoleh pada Kim yang sedang asik berselfie ria di dekat kebun bunga matahariku.
"Nyanya!" ucap Keenan yang kemudian masuk ke dalam rumah.
"Nyanya siapa?" tanya Kim padaku.
"Pacar Keenan..." sahutku asal sambil terkikik.
"Ish! Masih kecebong juga udah punya pacar! Lo gila ya!" protes Kim sambil mencibir dan tentu saja membuatku tertawa.
"Lo kira gue kodong?! Atau Rangga siluman kodok?! Enak aja lo bilang kecebong! Buatnya aja susah!" protesku.
"Masak iya buatnya susah?! Lah lo dan Rangga aja gue yakin buat tiap hari! Bisa sehari tiga kali kan?!"
Plak!
Aku melempar Kim dengan tangkai bunga Matahari yang kering.
"Hehhee..."
"Lo kata gue minum obat apa?!" aku melotot padanya.
"Ishhh... bukan lagi rahasia kalau kalian berdua itu hot dimana aja dan kapan aja! Big bos saksinya!" aku mengerutkan alisku.
"Astaga! Jadi kerjaan kalian saat meeting itu ngomongin keluarga gue?!" Kim tertawa terbahak.
"Big bos duluan yang mulai... biasanya dia nanya, eh gimana supaya dapat anak cewek? Kalo' perlu kembar kaya' si mantan..." aku mencibir, tidak percaya dengan yang diceritakan Kim. Mana mungkin Dave bertanya begitu.
"Ehh, lo kok nggak percaya sih?! Kan big bos pengen banget jadi besan lo!" aku melirik Kim, kalau soal jadi besan memang benar. Dimanapun dan kapanpun, bertemu siapapun asal dia bersama Rangga pasti akan bilang 'besan saya' dan ujung-ujungnya membuat Rangga naik darah.
"Seriusan gue! Kemarin aja dia nanya ke gue kapan gue main kerumah lo! Tapi bukan nanyain lo, big bos malahan nanyain laki' lo..."
"Hhh, cari masalah pasti Dave kalau cari Rangga..." sahutku sambil mengumpulkan tangkai kering dan daun kering kedalam keranjang sampah.
"Eh... ngomong-ngomong..." Kim mengangkat jari kanannya membentuk huruf V lalu membuat senyum lebar di depan kamera handphonenya.
"Hhh... dasar ratu selfie..." dengusku sambil geleng kepala.
"Brondong lo kemana? Kok tumben minggu-minggu nggak keliatan? Biasanya juga udah kaya' perangko kalian berdua..."
"Lagi bantuin Mommy mertua... kan kakaknya married..." aku menepuk-nepukkan sekop kecilku pada tanah di samping kiri kanan kebun bunga matahariku.
"Lah... kok lo di rumah? Kok lo jadi tukang kebun di rumah sih?!" aku mendesah panjang.
"Lebih baik gue jadi tukang kebun di rumah dan jagain si kembar dari pada anak-anak gue ngacauin acara pernikahan Tantenya..." aku menoleh ke arah Keenan yang keluar lagi sambil mengerucutkan bibirnya.
"Noney... tu mau Nana!" seru Kee cepat begitu sampai di sampingku.
"Nyanya?" tanyaku sambil menoleh pada Keenan. Aku mendesah panjang dan melepas sarung tanganku.
"Sayang... kak Sonya ngga' bisa main sama Kee lagi. Kak Sonya rumahnya jauh banget..." aku mengusap lengan Keenan.
Sedih juga sih melihatnya yang sering menanyakan Sonya. Dia bahkan sudah mengumpulkan lego biru untuk main dengan Sonya. Keenan masih tidak mengerti kalau Sonya tidak akan bisa main dengannya lagi dalam waktu lama. Bahkan mungkin Sonya juga sudah lupa dengan Keenan. Apalagi perbedaan waktu membuat mereka tidak bisa berkomunikasi. Beberapa hari lalu Beby sempat menelfon dan itu masih pagi buta disini, Rangga sempat marah saat jam dua pagi Beby menelfon tapi begitu melihat wajah Sonya dengan mata merah dan bibir cemberut membuatnya memaafkan gangguan telfon itu. Tapi setelah itu tidak ada kabar lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku Brondong?! 2 (Sebagian sudah dihapus)
HumorPERINGATAN!! Membaca ini akan membuatmu tersenyum dan tertawa terus. Jadi hati-hati! Rawan dibilang gila. "Cinta??? Ya aku cinta sama suamiku yang brondong. Tapi, dia itu super nyebelin!!" -Pauline Larasati- "Cinta??? Tentu saja! Seluruh dunia juga...