Aku menoleh lagi ke kaca spion mobil dan kembali mengetukkan jari telunjuk dan ibu jariku ke setir mobil. Sudah lebih dari lima belas menit aku menunggu Rangga di depan kampusnya. Sengaja aku tetap di dalam mobil karena di luar sangat panas sekali.
Kembali ku lihat jam tanganku dan waktu masih sama seperti beberapa detik yang lalu.
Aku menghembuskan nafasku pelan-pelan seraya mengelus perutku dengan tangan kiriku yang sejak tadi menenangkan si kecil di dalam perut yang bergerak gelisah. Jam seperti ini biasanya mereka asik bermain dengan si kakak yang akan menempelkan telinga mereka diperutku.
"Daddy, cepetan pulang..." gumamku lagi. Aku meringis saat kembali kurasakan tendangan keras.
"Adekkk, jangan berkelahi di dalam perut Mommy ya..." ucapku sambil menghembuskan nafas lagi.
Aku segera menyalakan mobil dan memutuskan untuk mencari cafe di daerah dekat sini saja. Sepertinya Rangga masih akan lama dan si kecil di dalam perut sepertinya sudah sangat lapar.
Aku memarkirkan mobil jazz ku di sebuah cafe yang tidak jauh dari kampus Rangga dan cafe ini terlihat nyaman.
"Ok, karena Daddy lama kita makan cemilan dulu sebelum menjemput kakak ya..." aku menghembuskan nafas pelan dan menyentuh perutku yang sejak tadi bergerak-gerak.
Matahari terik menyambutku saat aku keluar dari mobil.
"Panas sekali..." aku terpaksa membuka lagi pintu mobil dan mengambil sweater rajut ku yang teronggok di kursi belakang.
"Duhhh... busyet deh Jakarta..." gumamku sambil menutup pintu mobil dan mengipaskan tanganku diwajahku.
"Woi... woi... bantuin... berat nih...!!!" suara keras seorang gadis yang berjalan melewatiku dengan membawa banyak barang.
"Astaga Jo... sorry... sorry ya..." suara seorang pria seraya membantu gadis itu membawa barang.
Aku mengerutkan dahiku dan jadi ingat kejadian waktu di Villa. Dari belakang dia mirip dengan gadis itu.
"Rangga mana sih?? Lama banget sih??! Memangnya dia kuliah belum kelar ya??" suara sang pria bertanya dengan bersungut-sungut.
"Yah, biasa cowok keren kampus!! Fans nya banyak jadi kalau mau keluar kampus lama..." ucap gadis itu sambil terkikik.
Rangga?
Rangga yang dimaksud Rangga suamiku??
"Ishhh, mikir apaan sih gue??! Selalu aja cemburu di nomor satukan!! Nama Rangga di Indonesia ini adalah nama yang umum! Ge-er banget sih gue jadi istri Rangga..." gumamku sambil geleng kepala dengan pemikiranku sendiri.
"Selamat datang..." sapa hangat seorang pelayan wanita dengan senyum lembut.
"Untuk berapa orang Bu?" tanyanya sambil tersenyum ramah kembali.
"Um... dua orang..." sahutku sambil mengedarkan pandanganku ke seluruh ruangan.
"Disana aja mbak... yang adem..." sahutku sambil menunjuk kursi kosong di pojok dekat AC.
Pelayan itu mengangguk dan berjalan mendahuluiku dan menarikkan kursi untukku.
Well, nice service. Apakah ini berlaku untuk semua pengunjung atau khusus untuk wanita hamil besar sepertiku??
"Mau pesan sekarang Bu? Atau menunggu?"
"Sekarang saja mbak... baby saya sudah kelaparan nunggu Daddy nya..." sahutku sambil tersenyum kecil.
"Wahhh, sebentar lagi ya Bu?? Sudah berapa bulan??"
"Belum mbak... masih jalan tujuh bulan..." aku tersenyum dan membaca menu yang disodorkan padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku Brondong?! 2 (Sebagian sudah dihapus)
HumorPERINGATAN!! Membaca ini akan membuatmu tersenyum dan tertawa terus. Jadi hati-hati! Rawan dibilang gila. "Cinta??? Ya aku cinta sama suamiku yang brondong. Tapi, dia itu super nyebelin!!" -Pauline Larasati- "Cinta??? Tentu saja! Seluruh dunia juga...