Rangga Pov
Gelisah? Yah, itu yang kurasakan saat ini. Aku membolak-balik majalah yang sejak tadi ada ditanganku. Menunggu. Adalah hal paling tidak mengenakkan dan menyebalkan.
"Mas Rangga?" suara kalem dan lembut menarik perhatianku yang sedang frustasi.
Aku menoleh ke kiri dan kanan lalu menatap kembali gadis yang berdiri dan tersenyum lebar dihadapanku.
"Mas Rangga kan?" tanya gadis itu yang kini aku yakini dia memang berbicara denganku.
"Saya Yulia mas..." ucapnya lagi yang membuatku mengerutkan keningku.
"Om yang minta saya jemput mas Rangga..."
"Om? Siapa?" tanyaku bingung.
"Om Danu... mas Rangga anaknya Om Danu kan?" tanyanya ikutan bingung karena aku juga bingung.
"Nanti saya ceritakan dijalan mas... ayo... keburu malam nanti sampai kontrakan saya mas...biar mas Rangga bisa istirahat juga, jadi besok pagi bisa nyusul Om Danu..."
"Tunggu dulu... maksudnya ini ga langsung ke tempat Olin?" tanyaku kesal. Aku sudah buru-buru memesan tiket terbang ke Surabaya dan berangkatnya besok pagi? Bukankah Surabaya Malang hanya perlu waktu dua jam? Kenapa-
"Ini hari jum'at mas... kalau berangkat sekarang macet... lebih baik besok pagi-pagi sekali berangkatnya..." ucapnya lagi saat aku masih memikirkan jarak Surabaya Malang yang tidak lama.
"Kalau macet bisa sampai empat jam lebih mas... belum lagi jalan ke Villa belok-belok... Lia ga berani bawa mobil sendiri kalau malam-malam..." dia meringis dan memohon maaf.
"Mas Rangga cuma bawa satu tas aja? Ga ada yang lainnya?" aku geleng kepala.
"Ohh, ok! Yuk!" aku segera mengikuti gadis ini dari belakang dan berjalan menyeberang menuju tempat parkir mobil.
"Aduh!!!" serunya yang membuatku kaget.
"Maaf mas... Lia lupa tadi parkir dimana... bentar mas..." aku menaikkan alisku. Ternyata ada juga gadis yang pelupa akut melebihi Olin.
"Mobilnya apa?" tanyaku akhirnya. Tidak ada gunanya juga aku marah-marah padanya.
"Umm, jazz kuning mas..." nah, sama seperti mobil Olin kan. Aku menoleh ke sekeliling dan melihat mobil jazz kuning berjarak dua blok dari tempatku berdiri.
"Disana..." aku menunjuk ke sisi kananku dan dia terlihat gembira sekali. Astaga... dan aku hanya mampu geleng kepala.
"Selamat datang di Surabaya mas..." ucap gadis itu saat mobil mulai berjalan dan alunan musik slow mengalun lembut mengiringi kami.
"Kita makan dulu aja ya mas? Jadi sampai rumah mas Rangga bisa langsung istirahat..." ucap gadis itu lagi yang membuatku menoleh padanya.
Ingin aku bilang aku tidak ada selera makan, yang aku inginkan adalah bertemu Olin tapi akhirnya aku mengurungkan niatku karena melihat gadis itu tidak bersalah.
'Anak sudah empat juga! Masih aja cemburuan...'
Kata-kata Daru dan Bimo dibandara tadi terngiang di telingaku. Sebaiknya kuabaikan ucapan mbok Jum dan Dave. Mereka berdua seperti kompor saja.
Aku merogoh handphoneku dan mengeluarkannya karena ada pesan masuk, mungkin Olin.
EX
Gimana? Udah ketemu sama anak-anak gue? Sehat2 kan mereka?EX
Sampein salam dari Papanya buat mereka ya, bilang Papanya akan menyusul segera...Me
Damn!
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku Brondong?! 2 (Sebagian sudah dihapus)
ComédiePERINGATAN!! Membaca ini akan membuatmu tersenyum dan tertawa terus. Jadi hati-hati! Rawan dibilang gila. "Cinta??? Ya aku cinta sama suamiku yang brondong. Tapi, dia itu super nyebelin!!" -Pauline Larasati- "Cinta??? Tentu saja! Seluruh dunia juga...