Kangen mereka?
Ya udah, yukkkk... cuzzz...
-
Rangga Pov
"Hei... tenang brother..."
"Mana mungkin aku tenang kalau Olin saat ini ada di meja operasi?!" teriakku kesal.
"Apa kalau kamu panik lalu operasinya cepet selesai?!" aku menatap pria yang duduk di kursi tunggu itu dengan kesal. Diantara banyaknya orang yang aku kenal kenapa harus dia yang menemaniku menunggu sementara Olin di ruang operasi?
"Olin pasti kuat..." ucapnya yakin dan akupun kembali duduk disampingnya.
"Apa kalian main keras sampai Olin melahirkan dadakan begini?" aku melotot menatap pria itu yang tersenyum padaku.
"Ishhh!!! Dasar mesum!" protesnya seraya menyeringai.
"Mereka akan baik-baik saja... Ralin bilang dokter Fathan itu jam terbangnya tinggi... jangan kawatir..." ucapnya seraya mengalungkan lengannya dibahuku.
"Semua pasti baik-baik saja..." aku mengusap wajahku dengan kedua tanganku dan spontan aku meneteskan air mata saat pria itu menepuk pelan punggungku.
"Olin..." gumamku pelan.
Aku ingat ekspresinya tadi yang sangat ketakutan kehilangan bayi kami, aku juga sama takutnya dengnya. Ini bukan kali pertama Olin seperti ini dan aku selalu teringat kejadian disaat si kembar A dan Kee lahir dulu. Melahirkan normal? Tidak, tidak akan lagi melahirkan normal dengan resiko tinggi seperti kemarin, kali ini operasi tapi tetap saja jantungku berdebar cepat dan takut. Tadi saat kami tiba para perawat segera membantu kami, bersyukur karena Ralin mengenal beberapa dokter dan segera meminta tolong bantuan kepada para ahli itu.
"Mereka pasti kuat..." kurasakan kembali guncangan dibahuku dan kembali kulayangkan pada layar bertuliskan angka satu, dua, tiga, lima yang masih menyala. Artinya ada empat operasi yang dilakukan saat ini dan Olin ada di ruang operasi tiga.
"Apakah masih akan lama?" tanyaku pada Dave. Dia sudah siap membuka mulutnya hendak mengatakan sesuatu tapi tiba-tiba terhenti digantikan kerutan dikeningnya.
"Apa perlu kutanyakan pada Ralin? Aku juga tidak tahu orang melahirkan itu proses operasinya berapa lamanya..." apa dia sedang bercanda?
"Aku serius!" ucapnya lagi.
"Jangan menatapku seperti itu! Aku belum pernah jadi suami yang memiliki istri dengan riwayat melahirkan caesar!" ucapnya karena aku masih menatapnya.
"Aku bahkan baru akan menikah dua bulan lagi... tapi sudah dua kali ini aku menunggu Olin melahirkan! Astaga... jadi apa bisa dikatakan aku ayah mereka?" aku melotot kesal pada Dave.
"Ok, aku hanya bercanda..." ucapnya seraya mengangkat kedua tangannya ke udara.
Pandanganku kulayangkan kembali pada ruang tunggu ini. Disini ada beberapa kerabat pasien yang menunggu sama sepertiku.
Aku menoleh dengan cepat saat satu lampu operasi mati.
Belum. Operasi Olin belum selesai. Operasi ruang satu yang baru selesai. Jantungku berdebar keras menunggu bagaimana proses operasi Olin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku Brondong?! 2 (Sebagian sudah dihapus)
ЮморPERINGATAN!! Membaca ini akan membuatmu tersenyum dan tertawa terus. Jadi hati-hati! Rawan dibilang gila. "Cinta??? Ya aku cinta sama suamiku yang brondong. Tapi, dia itu super nyebelin!!" -Pauline Larasati- "Cinta??? Tentu saja! Seluruh dunia juga...