Cerai???

37.8K 3.7K 650
                                    

Rangga Pov

Aku melirik Olin yang kini sedang sibuk menerima telefon dari Mommy.

Sepulang dari kampus dia masih mendiamkanku dan aku tahu aku memang salah. Karena aku yang masih muda dan tidak bisa bicara baik-baik di depan anak-anak.

"Nonneyyy...nihh..." aku menunduk dan melihat Arion memberiku remote TV dan berlari masuk ke dalam tenda. Entah apa yang diperbuatnya dengan Keenan di dalam tenda, yang pasti terdengar Arion menjerit kesal.

Ya, ampun mereka ngapain sih?

"Aaaaaa!!! Dodohhh!!!" jerit Keenan dan berlari keluar dari tenda sambil membawa mainan mobil dan pesawatnya.

"Dodohhhhhh... dodohhh..." aku mengerutkan keningku. Keenan bilang bodoh atau cuma menirukan suara tembakan ya??

"Noneeyyyy nihhh..." aku menaikkan alisku saat Keenan memberikan mainannya padaku.

"Mau main sama Daddy?" dia geleng kepala dan berlari mencari Olin.

"Noneyyyy... noneyyy..." aku segera mengejar Keenan sebelum dia mengganggu Olin.

"Sama Daddy dulu ya sayang... nanti Mommy kupasin apel..." ucap Olin pada Keenan tapi kemudian memasang wajah galak padaku. Aku hanya meringis dan mengajak Keenan ke dapur. Tumben sekali sih Olin betah telfonan sama Mamanya lama.

"Daddy kupasin apel ya??" Keenan hanya mengerucutkan bibirnya dan memukul-mukul meja.

"Hei... hei... nanti tangannya sakit lo..."

"Tit???" tanyanya yang kemudian menyandarkan kepalanya di meja.

"Kamu kenapa??" bukannya menjawab Keenan malahan meggerakkan jarinya dan berusaha membuat lubang pada meja yang ada lubangnya.

Aku geleng kepala dan mendengarkan Keenan yang bergumam tidak jelas.

"Aku ingin cerai dan aku sudah tidak tahan lagi... tolong bantuin-"

Saat Olin mengucapkan itu tiba-tiba tanpa sengaja pisau ditanganku menggores jariku.

"Awww!!" aku meringis dan menatap Olin, mengabaikan rasa perih dan sakit diujung jariku.

Apa yang barusan ku dengar itu, Olin yang ucapkan?

"Baiklah, kapan bisa bertemu?"

Siapa yang ditelfonnya? Pasti bukan Mommy mertua.

"Nanti malam? Umm... ok. Berkasnya akan segera kusiapkan. Dan apa bisa selesai dalam dua hari?" aku mengerutkan keningku mendengar pembicaraan Olin ini.

Dia sedang mengajukan gugatan cerai padaku? Ini, tidak mungkin!

"Thanks, semakin cepat semakin bagus Hans..."

Hans? Siapa?

"Hans... Hans..."

Deg.

"Kamu apa-apaan sih Hon!" aku kaget mendengar pekikan Olin yang menyadarkanku dari lamunanku.

"Udah telfon Mama?"

"Hmm..." sahutnya sambil menarik tanganku dan segera mengambil tisu dan menyeka jariku yang berdarah tanpa bicara atau menatapku.

"Kita makan apel sama kakak ya?" sahut Olin cepat mengambil alih apel dan pisau ditanganku.

"Cepat diplester sebelum infeksi..." gumam Olin dingin sambil menurunkan Keenan dan mengajaknya ke ruang TV. Meninggalkanku sendiri di dapur dengan perasaan bingung.

Suamiku Brondong?! 2 (Sebagian sudah dihapus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang