Ku intip dari jendela kamar di lantai dua, terlihat Kee dan neneknya yang sedang berkebun sementara Arion mengamati kakeknya yang entah sedang membuat apa. Mungkin membuat kolam kecil untuk ikan yang dibeli Arion kemarin.
Aku tersenyum bahagia melihat semuanya.
"Ummm... lihat itu... kakak A sedang bantuin Opa membuat kolam..." ucapku pada Abby yang menguap lebar.
"Kakak Kee juga lagi bantuin Oma menanam bunga..." Abby tersenyum. Dia selalu tersenyum kalau mendengar nama Keenan disebut. Mungkin karena Keenan yang lebih banyak berinteraksi dengan Abby dan El. Biarpun suka membuat kekacauan dia sangat sayang dengan tiga saudaranya, termasuk Arion yang sering mengacuhkannya.
"Ummm...Mommy gemes sama kamu..." aku mencium pipi gembul Abby dengan gemas. Dia, satu-satunya putriku dan aku yakin dia akan sangat dimanja ketiga saudaranya.
"Abby anak Mommy yang paling cantik, ikut sama mbok Jum ya? Mommy mau mandi dulu..." aku kembali mencium Abby. Ku lihat mbok Jum datang membawa baju Keenan.
"Lohh, kenapa bajunya Kee mbok?"
"Den Keenan nggak mau pakai baju ini mbak, katanya bukan bajunya bobob!" aku meringis mendengar protes dari mbok Jum. Keenan, senang sekali mengerjai mbok Jum. Padahal hampir semua bajunya bergambar Spongebob.
"Tadi dimakan mbok sarapannya anak-anak?" tanyaku sambil mengayun Abby.
"Nggak mau mbak! Minta disuapin mbak Olin. Pada nggak mau makan semua. Den Kee malahan cariin Den Rangga terus..."
"Keenan lagi kangen berat sama Daddy nya mbok... kangen masakannya Daddynya kali ya?" aku meringis.
"Mbak Olin emang nggak kangen sama Den Rangga toh?" aku melirik mbok Jum. Ini pertanyaan jebakan pasti, dia kan mata-matanya Rangga.
"Ada banyak Rangga junior disini mbok... kangennya udah kurang..." kangennya kurang banyak maksudnya mbok, lanjutku dalam hati tentunya.
"Rangga junior..." ulang mbok Jum sambil manggut-manggut.
Apaan arti anggukkannya? Mengerti atau salah paham?
"Mbok Jum, Rangga-"
"Noney... noney... nih tating na apa?" suara Keenan yang masuk dengan menenteng cacing.
"Astaga..." aku bergidik ngeri melihat cacing-cacing dalam genggaman tangan Keenan.
"Ni tating na tatit noney! Api tu ndak unya mometel! Mometel tu dinana! Di lumah tu... Oma ndak unya mometel" ucap Kee yang kemudian meletakkan cacing itu di lantai.
"Sayang... aduhh, cacingnya nggak sakit kok, tuh cacingnya masih gerak-gerak..." aku berjalan di belakang mbok Jum.
"Mbok... bawa Kee ke bawah. Sekalian sama cacingnya..."
"Wahhh, mbok Jum nggak berani mbak... geli!" mbok Jum pun ikutan bergidik ngeri.
Nah, terus siapa yang akan bawa nih cacing-cacing? Mana cacingnya mulai bergerak-gerak.
"Den... Mommy nya takut sama cacingnya lo..." Keenan mendongak menatap mbok Jum.
"Noney tatut? Tu ndak tatut!" ucapnya yang kemudian berdiri.
"Ntal ya... tu tali' mometel!" ucap Kee yang kemudian ke luar meninggalkan cacingnya denganku di kamar.
"Lohhh... lohh... Kee... sayang..." panggilanku tidak lagi dipedulikan Keenan.
"Ya ampun mbok... gimana nih..." aku menarik baju mbok Jum.
"Eh, lahhh... mbok Jum nggak berani juga mbak... bentar mbok panggilin Den Ruben ya. Kan semalam baru datang..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku Brondong?! 2 (Sebagian sudah dihapus)
ЮморPERINGATAN!! Membaca ini akan membuatmu tersenyum dan tertawa terus. Jadi hati-hati! Rawan dibilang gila. "Cinta??? Ya aku cinta sama suamiku yang brondong. Tapi, dia itu super nyebelin!!" -Pauline Larasati- "Cinta??? Tentu saja! Seluruh dunia juga...