Chapter # 8 Real!!

89K 4.9K 462
                                    

Ini beneran update kok... serius...😁😁😁😁

-

Rangga Pov

Aku tersenyum ceria saat kulihat diriku dicermin. Sudah ganteng maximal dan sudah wangi.

"Paket kilat??? Hmmm... memang mau ngapain mandi lama-lama??!" aku tersenyum saat ingat apa yang Mama ucapkan.

"Liburan seminggu tanpa si kecil? Ide yang bagus... tapi aku sudah kangen sekali dengan mereka... apa Olin capek menjaga mereka sendirian ya?? Tapi kalau pakai baby sitter dia ga mau... masak iya Mama disuruh tinggal di rumah juga?? Ntar ga bisa gangguin Olin setiap saat dong... ahhh... ga ahhh... ntar yang ada Mama gangguin terus lagi!" ucapku pada baju-baju yang sudah tersusun di dalam lemari.

Aku menoleh ke meja dimana handphoneku berbunyi nyaring melantunkan lagu balonku ada lima. Aku mengerutkan keningku, siapa yang mengganti nada deringnya??

Keenan??

Dia memang paling sering minta diputarkan lagu itu, tapi masak iya anak umur satu tahun bisa mengganti nada dering sih??

"Pasti Bima!! Sialan tuh anak!!" protesku kesal.

"Hallo... siapa?" tanyaku sambil melempar baju di keranjang baju kotor.

"Ohh... Om Tian... maaf Om, soalnya baru ganti handphone jadi kontaknya belum di pindahin..." aku tertawa sambil garuk kepala. Yah, sejak ada Arion dan Keenan aku dan Olin sudah berganti handphone sebanyak tiga kali sepertinya. Keenan yang paling bandel sering melempar handphone dan mencelupkannya di kolam. Kami berdua sudah sepakat tidak menggunakan handphone lagi jika ada di area mereka berdua.

"Iya Om lagi di Villa..." aku mengernyit mendengar ucapan diseberang.

"Ohh... ok Om... tapi si kecil sama Mama sekarang di Villa atas..."

"Ok Om Tian..." ucapku masih sambil tersenyum saat panggilan itu berakhir.

Aku menghembuskan nafas panjang. Om Tian adalah adik Tante Pauline. Setiap mengingat Tante Pauline aku selalu teringat saat preman-preman itu menghajar dan menendangnya. Dan setiap mengingatnya jantungku pasti akan berdetak cepat dan sedikit gemetar kakiku.

"Hmmm, kira-kira Om Tian sebesar apa sekarang ya??" aku terdiam sesaat membayangkan wajah Om Tian.

Deg.

"Olin..." aku segera berlari secepatnya, dia pasti akan kaget.

Terlambat...

"Ka-kalian cari siapa?" aku mendengar suaranya yang gugup dan bergetar takut. Aku segera mengangkat tanganku supaya mereka tidak bergerak atau bersuara lebih dahulu.

"Honey..." aku menyentuh tangannya yang terasa dingin, matanya tertutup rapat karena takut.

"Help me..." bisiknya dengan suara bergetar.

"Hei..." aku menangkup wajahnya, berharap dia membuka matanya.

"Honey... tidak apa-apa..." bisikku pelan karena Olin masih memejamkan matanya.

Suamiku Brondong?! 2 (Sebagian sudah dihapus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang