Aku kembali melirik Rangga yang sibuk menyetir mobil dan di pangkuannya ada Keenan.
Kawatir? Tentu saja! masak iya anak umur dua tahun diajari menyetir mobil?! Kalau ketahuan pak Polisi bisa ditilang rame-rame ini.
"Keenan sama Mommy ya sayang?" Keenan menatapku dan menggeleng kepala dengan gerakan berlebihan.
"Sini sama kakak..." Arion yang sibuk dengan legonya mendongak menatapku dan kembali lagi menatap legonya.
"Hhhhffftttt... tututututu..." ucap Arion pada legonya.
"Tue! Noney tue tu!!!" Arion tiba-tiba berdiri, melempar legonya dan menggebrak kaca mobil sambil menunjuk baleho iklan salah satu hotel di Jakarta.
"Noney!!! Tue..." Arion merengek padaku.
"Iya... iya... bentar..." aku menarik Arion supaya duduk.
"Mbok Jum tolong kue di tupper ware biru itu mbok..." aku menunjuk kotak biru disamping mbok Jum.
"Tueeee..." Arion berputar menghadap kebelakang dan segera ikutan meraih kotak biru yang disodorkan mbok Jum.
"Wait sayang... A duduk manis ya... kalau ga duduk manis Mommy ga bukain kuenya..." aku mengangkat kotak kue itu menjauh sampai Arion duduk dipangkuanku dengan tenang.
"Tue Nonenyy..."
"Iya... kakak makan kuenya dan duduk yang manis ya... ga boleh teriak ya..." dia mengangguk dan segera mengambil kue begitu kotak biru itu aku buka.
"Kee... ga mau kue?" dia hanya menoleh dan kembali memegang setir mobil.
"Ya ampun... asal jangan jadi pembalap aja sayang..." gumamku melihat reaksi Keenan yang hanya cuek saja. Dia memang begitu sejak diijinkan duduk dibelakang kemudi. Ini karena Rangga yang sering melihat acara F1.
"Kee mau jadi pembalap?" tanya Rangga dan spontan Keenan mengangguk.
"Honey ahh!! Bahaya tahu! Masih banyak cita-cita lainnya kok!" gerutuku kesal. Bisa sport jantung aku setiap dia latihan balapan mobil. Pokoknya sekali enggak ya enggak!
"Tue tu totattttttt... tue tottattt?" Arion menarik perhatianku.
"Astaga..." aku mendesah dan geleng kepala. Baru juga mobil ini berjalan sepuluh menit lalu tapi Arion sudah penuh kue.
"Ya ampun A..." Rangga tertawa melihat Arion yang hampir setengah wajahnya penuh kue cokelat.
"Tue?" Arion menyodorkan tangannya pada Rangga.
"Daddy lagi menyetir sayang... nanti aja ya... kue nya buat A semua aja..." ucap Rangga seraya menggosok kepala Arion.
"Belakang aman mbok?" aku menoleh pada mbok Jum yang terlihat sedang menghibur Abby.
"Aman terkendali den Rangga!" aku tersenyum dan setuju dengan jawaban mbok Jum.
"Memangnya di rumah Mommy ada acara apa sih Hon?" aku mengangkat Arion yang bergeser mundur terus.
"Ga ada... cuma acara kumpul semua aja... tapi Papi bilang ada acara nobar segala..." aku mengerutkan keningku. Keluarga Rangga memang sering sekali mengadakan acara kumpul-kumpul begini dan itu sangat meresahkan buatku. Meskipun sudah dua tahun kami menikah dan mempunyai empat anak tapi masih saja ada beberapa sepupunya yang tidak suka padaku karena menurut mereka aku ini wanita ganjen yang tidak tahu malu.
"Inez, Ruben dan Fee datang juga?" Rangga menoleh padaku dan kembali menatap jalan.
"Mereka tidak pernah absen sejak kita menikah... kurasa mereka sangat menyukaimu..."
![](https://img.wattpad.com/cover/101050346-288-k125843.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku Brondong?! 2 (Sebagian sudah dihapus)
HumorPERINGATAN!! Membaca ini akan membuatmu tersenyum dan tertawa terus. Jadi hati-hati! Rawan dibilang gila. "Cinta??? Ya aku cinta sama suamiku yang brondong. Tapi, dia itu super nyebelin!!" -Pauline Larasati- "Cinta??? Tentu saja! Seluruh dunia juga...