Roda besi menghantam permukaan keramik putih. Suaranya membelah jalan didepan, orang-orang langsung menyingkir begitu bangsal didorong cepat. Hiruk pikuk orang yang mengiringinya jelas menggema di tembok dingin yang baru dicat.
"Siswi SMA,Kecelakaan lalu lintas dan dalam keadaan semi-coma. Pendarahan hebat di perut. Mengalami shock dan asphxia tapi sudah dilakukan pertolongan pertama sebelum ambulans datang."
Seorang suster menjelaskan kondisi terkini pasien pada seorang dokter muda yang menatap Sinta khawatir, di sisi kanan jas dokternya;Dr. Jo Agustin.
Fiona menangis histeris, tangannya mencengkeram tepi bangsal gemetaran mengikuti tubuh bersimbah darah sahabatnya, sampai salah satu suster menahannya.
"Dokter akan melakukan yang terbaik untuk menyelamatkannya. Jadi adik tolong tunggu disini."
Fiona seketika jatuh berlutut di atas lantai dengan tubuh bergetar hebat. Ia meremas jemari yang penuh noda darah, darah Sinta. Ia manangis tersedu-sedu dengan mulutnya yang tak henti memanjatkan doa.
"Ini karenaku. Sinta seperti ini, salahku.." sesal di hatinya begitu mencekik hingga bernapas pun rasanya menyakitkan karena dadanya terlampau sesak.
Fiona menutup telinga berusaha menghilangkan suara benturan keras mengerikan tadi, namun tak kunjung lenyap. Dilihatnya pintu ruang UGD dengan mata berdearai.
Di tengah kekalutan pikiran dan rasa khawatirnya, seorang datang mengulurkan tangannya. Mata Fiona naik keatas, tubuh yang menjulang tinggi, Fiona melihat wajahnya. Orang itu.
***
"Sinta dimana? Anakku.. dimana?"
Fiona langsung berhambur ke pelukan Mary, Mama Sinta. Tubuh ringkihnya lunglai begitu mendengar kabar anak semata wayangnya mengalami kecelakaan lalu lintas. Setelah kehilangan sang suami karena sakitnya, Sinta merupakan satu-satunya hal berharga yang ia miliki.
Karena Mary dan mendiang suami, keduanya berasal dari panti asuhan, mereka tak memiliki keluarga selain satu sama lain.
"Maafkan Fiona, tante." Fiona terisak.
Sementara itu, Seorang pria yang sedari tadi memilih duduk agak berjauhan dengan Fiona terdiam menyaksikan dua wanita itu menangis.
Dokter Jo dan dua orang suster keluar dari ruang UGD, dan langsung diberongong pertanyaan dari Mary dan Fiona.
Dr. Jo kemudian menjelaskan, "Kami akan melakukan operasi. Anak Ibu membutuhkan lebih banyak darah, Golongan darah anak Ibu O."
Tiba-tiba hening. Hanya satu orang yang memiliki golongan darah yang sama dengan Sinta, ialah Panca-Ayah Sinta.
"PMI dirumah sakit kami kehabisan pasokan darah dan belum sempat menerima donor darah selanjutnya. Apakah diantara Ibu dan-"
"Donorkan darah saya,Suster!" seorang berseru. Ia berjalan cepat menghampiri suster. "Golongan darah saya O."
"Baiklah, anda ikut saya ke dalam, dan Ibu Mary bisa tolong ke bagian administrasi untuk mengisi formulir persetujuan, suster tunjukkan jalannya."
Mary menatap pria tinggi ber-rahang tegas itu dengan bingung. Kemeja yang dikenakan pria itu banyak terdapat bercak noda darah.
Wajahnya begitu kusut dengan rambut acak-acakan.
"Perkenalkan. Saya Bintang. Orang yang bertanggungjawab atas kecelakaan putri anda."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate In You (COMPLETED)
Romance[#3 in Sad Romance 16012019] Berawal dari sebuah tragedi yang terjadi di suatu senja yang berawan. Sinta Dahsa Sanjaya, pemain basket tebaik dalam team sekolahnya harus rela memiliki satu ginjal ditubuhnya, seumur hidup. Setelah ia bangun dari kom...