Part 67

549 37 1
                                    

Bintang lupa bertanya kemana Sinta akan membawanya. Ia kira gadis ini hanya akan membawanya berkeliling, untuk mengecoh paparazzi, tetapi dugaannya salah, Sinta terus menjalankan motornya, ke arah selatan, keluar dari batas perkotaan, ke tempat rendah bersuhu panas, pantai.

Sinta memarkirkan motornya di sebuah lahan kosong. Berseru senang melihat deru ombak memukul baru karang. Bintang baru tahu ada pantai yang belum di jamah seperti yang dilihatnya sekarang.

Pasirnya halus dan lembut, seputih kulit Sinta, tapi panas terpanggang matahari. Sejauh jangkauan mata, laut lepas membentang, berwarna biru, berkilau di sinari sang surya.

Matahari merangkak turun ke ujung barat, perlahan memberi keteduhan pada pantai yang dibakar sejak pagi.

25 meter dari bibir pantai, berdiri lebih dari lima villa dengan desain rumah yang lebih mirip rumah gadang khas padang, dengan atap meruncing. Tidak banyak orang yang ia lihat, hanya tiga orang turis asing yang menempati satu rumah.

Kegembiraan Sinta meluap-luap. Ia membuka helm, jaket, melapas tas dan sepatu ketsnya, dan menaikkan levisnya sampai ke betis, kemudian berlari ke bibir pantai. Bintang belum sempat memberinya peringatan untuk berhati-hati, tepat satu panggilan masuk.

“Halo Kak! Ini Fiona pakai nomor Arga, kakak lagi sama Sinta?”

“Iya, dia sedang bersamaku.”

“Huh! Syukurlah!”

“apa ada yang salah?”

“Nggak sih, tadi aku sedang merencanakan liburanku dengan Arga, tiba-tiba dia datang, dan meminta izin untuk meminjam motor satu hari. maksudku, ia tidak pernah lagi naik motor semenjak tangannya patah. Jadi, aku sedikit khawatir, tapi kalau dia sedang bersamamu, aku tidak perlu khawatir.”

Bintang melirik motor matic yang teronggok ditinggal Sinta. “Maukah kamu mengambilnya kesini, Fiona? Kurasa Sinta juga akan senang.”

“Memangnya kalian sedang ada dimana?”

***

Bintang menuntup panggilannya, dan berjalan pelan ke bibir pantai bergabung dengan Sinta.

Lihat! Gadis itu sedang asik sendiri bermain kejar-kejaran dengan ombak yang menyapu pasir dengan tenang. Ia membuka jaket kulitnya, dan menaruhnye dengan barang milik Sinta di atas pasir.

Sinta menggunakan kaus putih off shoulder, bahunya yang putih muncul.

Bintang melihat kaus yang ia pakai, sungguh kebetulan yang sempurna karena ia juga menggunakan baju dengan warna yang sama.

Bintang berlari kecil menuju batas pasir dengan air laut, dan lansung meraih tubuh Sinta dari belakang.

Sinta langsung diam. Siapa yang bisa bergerak ketika dapat rengkuhan tiba-tiba dari belakang, ia merasa geli ketika rambut Bintang menyapu tengkuk telanjangnya.

“K-kau mengagetkanku, ssaem.” Kata Sinta terbata.

Bintang membalikkan badan Sinta, “Aku juga cukup terkejut hari ini, jadi kita impas.” Ia menyelipkan poni panjang Sinta ke balik telinga, dan menangkup tangannya ke wajah Sinta, tanpa lepaskan pandangan.

Sinta memutar bola matanya ke kanan dan kiri, merasa aneh dengan tingkah Bintang.

“Ssaem, kau.. jangan berenang disini oke? airnya asin, nanti luka di tanganmu perih. Aku akan membawamu ke tempat renang lain waktu.”

Bintang tertawa kecil, “kenapa kau yang membawaku? Aku yang harusnya membawamu.”

Sinta melepaskan tangan Bintang, “Wah, lihat pantainya! Disini benar-benar sepi, tidak ada orang, aku bahkan bisa menyumpahi seseorang tanpa ketahuan disini. Ssaem, cobalah!” seru Sinta senang, sambil sedikit menjauh.

Fate In You (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang