"Maafkan saya, pak. Saya gak lihat jalan barusan. Bapak baik-baik saja?"
Pria itu merapikan setelan jasnya, "Tak apa, saya tidak fokus karena sedang menelpo-"
Pria paruh baya-berjas biru dongker itu tak melanjutkan ucapannya. Tak percaya akan bertemu tanpa sengaja seperti ini.
Sama halnya dengan Mary, ia terdiam menyadari siapa pria di depannya. Itu sudah lama sekali, sejak pertemuan terakhir mereka pada hari itu.
"Pak Bayu?"
Lima belas menit kemudian, keduanya sudah berhadapan di bangku foodcourt departement store.
Yang Mary lihat, Bayu tak banyak berubah meski sudah sepuluh tahun lebih berlalu.
Terkhir kali, Bayu Lesmana Humam ialah CEO sebuah perusahaan yang bergerak di bidang teknologi, dan dalam kurun waktu itu, Bayu melebarkan sayap perusahaannya pada bidang pariwisata, real estate, sampai ke travel. Kini, Humam Group menjadi perusahaan raksasa di Indonesia.
"Sepuluh tahun? Atau dua belas? Setelah kematian Panca, aku kehilangan kontak-mu, Mary. Bagaimana kabarmu sekarang?"
"Baik, Pak. Gimana kabar bapak?"
"Eih, jangan panggil bapak. Kamu kan bukan sekretaris saya lagi."
Bayu menyesap minumannya. "Kamu sama sekali gak berubah, Mar. Masih cantik, kaya dulu. Sekarang apa kesibukanmu?"
"Selain sebagai ibu rumah tangga, aku sekarang punya usaha catering."
Mary menyodorkan sebuah kartu nama.
Bayu tersenyum, "Waah, hebat kamu! Kebetulan sekali sekretarisku belum menemukan catering untuk acara peluncuran cabang. Gimana kalau catering-mu aja?"
Mary berbinar senang. "Dengan senang hati, silahkan datang ke kantor kami besok."
Bayu tersenyum. Rasanya sudah lama sekali sejak dilihatnya Mary bersemangat seperti ini. Ia, Mary dan Panca dulunya teman. Ia bertemu mereka berdua ketika masa kuliah.
Tetapi Panca lebih beruntung karena ia yang mampu mendapatkan hati Mary, dan ia sadar takkan pernah bisa mencuri setitik pun hati Mary untuknya, karena keduanya sudah saling menyayangi jauh sebelum bertemu Bayu.
Baik Mary maupun Panca, tak ada satupun yang mengetahui perasaan tulusnya untuk Mary, kecuali-
"Bagaimana istrimu, Bayu? Apa kabarnya?"
Rasanya lain ketika Mary yang menanyakan istrinya. Bagaimana pun, istrinya yang sekarang-lah yang berusaha sangat keras menggantikan Mary dihatinya.
"Dia.. baik-baik saja. Em, gimana kabar si kecil? Sinta? Aku ingat dia selalu ingin di gendong di pundakku dulu. kira-kira dia masih ingat padaku tidak ya?"
"Yang kau bilang kecil itu sudah kelas tiga SMA sekarang. Dia udah gak mau main gendong-gendongan pundak lagi denganmu, Bayu."
Bayu terkehkeh, "Dia pasti tumbuh jadi gadis cantik yang sangat mirip denganmu, Mary."
Mary tersenyum tipis. Tapi, dia mirip Panca.
***
"Kenapa gusar gitu sih? Kaya maling aja."
Fiona tak habis pikir dengan kelakuan Sinta hari ini, dari semua hal aneh yang Sinta lakukan, ini yang paling sulit dimengerti.
Hari ini, Fiona akan mengerjakan tugas kelompoknya di rumah Sinta. Keduanya sampai di kompleks perumahan, namun gadis itu malah berjalan mengendap-endap mengawasi kanan-kiri, merunduk dengan menutupi wajahnya dengan rambutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate In You (COMPLETED)
Romantizm[#3 in Sad Romance 16012019] Berawal dari sebuah tragedi yang terjadi di suatu senja yang berawan. Sinta Dahsa Sanjaya, pemain basket tebaik dalam team sekolahnya harus rela memiliki satu ginjal ditubuhnya, seumur hidup. Setelah ia bangun dari kom...