Part 10

1.2K 67 12
                                    

"Tidak bisa seperti ini terus! Aku akan pergi dari rumah ini."

Seorang wanita berpenampilan glamor yang umurnya tidaklah muda lagi bersikukuh terhadap keinginannya. Tak pedulikan pada tatapan tajam pria berjas hitam di dekatnya.
Ia lempar pandangan ke sudut lain asalkan jangan orang ini, pikirnya begitu. Pria berjas itu melonggarkan dasi sesak dengan kasar. Diliriknya wanita itu dengan emosi yang ditahan.

"Tidak! Aku saja yang pergi! Kau harus menjaga anakmu disini!", terdengar nada tinggi dari suaranya. Ia hempaskan tubuh ke sofa empuk yang sama sekali tidak nyaman.

"Kau juga ayahnya!Kau saja yang menjaganya!" balas sang istri dengan nada lebih tinggi. Sejurus kemudian, ia tersenyum sinis, "Kenapa? agar kau mudah berselingkuh dengan wanita murahan itu lagi?"

Brak! Suara gebrakan meja terdengar keras, sama kuatnya dengan emosi yang meluap diantara dua insan dirumah megah tersebut. "Beraninya berkata seperti itu pada suamimu sendiri!?"

"Sejak kapan kau tetap suamiku?", sang istri sengaja menuang minyak diatas api menyala. "Terserah saja, Aku akan tetap-"

"Aku saja." sela seorang. Bukan si suami, namun pria lain yang tiba-tiba sudah hadir diantara keduanya. Suara bassnya, semua tahu, pemiliknya tak lain ialah Bintang, anak tunggal mereka sendiri.

"Akan kubereskan semua barang-barangku. Kalian bisa lanjutkan perdebatan-atau apalah itu." lanjut Bintang tenang sambil berlalu dan masuk ke dalam kamarnya. adu mulut dua insan ini terpaksa berhenti.

"Aku terbiasa hidup tanpa kalian sejak SD. Urusi saja urusan kalian." kata Bintang lagi tanpa menoleh, tapi diam-diam tangannya mengepal menahan emosi kuat-kuat.

***

Tidak ada hal yang dipikirkan Bisma sejak kemarin, selain ucapannya pada Sinta kemarin. Aku kecewa padamu. Apa aku terlalu berlebihan? Dipikir ulang, tidak masuk akal Sinta keluar dari tim inti karena Bintang. Tetapi, kenapa instingnya selalu mengarah pada pria itu?

"Bisma! Kau tak mendengarku?"

Bisma mengerjap, dan menoleh. "Eh, Ga. Sorry. Apa tadi?"

Arga mendengus, merebut bola basket dari pelukan Bisma dan berjalan duluan.

"Keliatannya kok lesu amat? Biasanya tiap di ajak main basket langsung sumringah, tumben." Bisma mengedikkan bahu dan mensejajarkan langkah. "Ngomong-ngomong, kok gak sama Sinta hari ini? Biasanya setiap ada jam kosong pasti nempel terus kalian."

Belum sempat Bisma membalas komentar, tampak seorang berlarian dan kepalanya melihat kiri kanan mencari seseorang. Fiona? Arga menghadang Fiona untuk menghentikan langkah.

"Kenapa? Ada masalah? Kenapa berlari seperti itu?"

Fiona melirik Arga sekilas yang matanya tampak gurat khawatir. Ia malah menyentuh lengan Bisma. Arga terlihat kecewa diacuhkan seperti itu.

"Kondisi darurat! Cepat ke lapang basket sekarang!"

"Kita memang akan kesana." sela Arga.

Bisma mengernyit, "Ada apa memang?"

"Ah ayolah! Ini masalah serius! Kau harus datang kesana dan menghentikan semuanya!"

"Menghentikan apa?-"

"Sinta!!-"

Ekspresi Bisma berubah tatkala nama sahabatnya terdengar oleh terlinganya.

"Bisma, kau tahu Rayhan Arkan? Pria itu.. pria vokalis band itu tengah menyatakan cintanya pada Sinta di tengah lapangan basket! Semua orang sudah berkumpul mengelilingi mereka. Cepat! Atau pria itu akan membuat Sinta menjadi pacarnya yang kesekian."

Fate In You (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang