Part 70

535 28 0
                                    

Sinta mengerjap, dan langsung bangun dari tidurnya.

Ia melihat sekeliling, menyadari ia tertidur di sofa dan sebuah selimut yang menutupi sebagian tubuhnya, di sofa yang lain, Bisma tertidur pulas.

Ia bergergas mengecek keadaaan Bintang. Tapi, hal yang membuat Sinta terkejut adalah Bintang tidak berada di kamarnya.

Ia mengintip dari balik jendela, dan mendesah lega. Saat itu juga, ia mengambil selimut itu dan membawanya ke bibir pantai.

***

Angin masih menghembus dengan kencang. Malam perlahan pergi, meski langit masih gulita. Hari baru saja berganti beberapa jam lalu, tapi Bintang sudah duduk di bangku panjang berbahan kayu oak sambil menatap kosong laut yang gelap. Lampu penerangan berjarak 20 meter jauhnya dari tempatnya merenung.

“Hai!”

Lamunan kosongnya sirna berkat sentuhan lembut disusul dekapan hangat di bahunya.

Begitu mendongak, Sinta menarik bibir membentuk seutas senyum. Kantung matanya membengkak, tapi ia tak kehilangan sisi manis dalam penilaian Bintang.

“Bagaimana kondisimu? Sudah baikan?”

“Baikan?”

“Jadi kau tidak ingat apa yang terjadi semalam ya?”

“Memang ada apa? Apa aku melakukan kesalahan?”, Bintang balik bertanya.

Sinta menatapnya tak percaya.

Bintang meringis melihat tatapan Sinta. “A-Aku pasti melakukan kesalahan ya? Apa itu.. besar? Benarkan?”

Sinta menghembuskan napas kasar. Angin pagi berhembus kencang, menggelitik lehernya yang terbuka, menyebar sensasi dingin ke seluruh tubuh.

Bintang melepas kain hangatnya untuk menyelimuti bahu Sinta.

Sinta secepat kilat menepis tangan Bintang dari bahunya. “Khawatirkan dirimu sendiri dan jangan pedulikan aku! Kenapa kau memperhatikan orang lain tapi tdak bisa menjaga dirimu sendiri?” ia berseru kencang.

Bintang kaget bukan main.

“M-maaf, aku hanya berusaha.. menyeli..”

“Kenapa kau menyelimutiku padahal kau juga kedinginan?kenapa kau bersikap manis padaku disaat pikiranmu kacau penuh masalah?” Sinta mengusap pipinya secepat kilat sebelum air matanya terjun bebas.

Tadi malam, itu sangat menakutkan.

"Kenapa kau pergi ke laut malam-malam dan kembali dengan keadaan mengerikan? Kau tidak tahu ya betapa paniknya aku?”

Bagai disiram es batu, ia mendapat jawaban dari suara-suara yang sejak malam ia dengar. Suara tangis, seorang yang terus memanggil namanya dengan frustasi, dan sentuhan di tubuhnya, itu bukan mimpi, itu Sinta.

“Apa yang kau pikirkan sih sampai kau hypotermia seperti semalam?”

“M-maafkan aku, sungguh, maafkan aku.” Bintang mulai panik sebab Sinta mulai menangis.

“Kau yang bilang untuk tidak menyembunyikan apapun. Tapi..”

“Ya, aku tahu. Maafkan aku, Sinta. Aku janji tidak akan melakukannya lagi, aku bersumpah tak akan membiarkanmu khawatir lagi.”

Bintang mengusap wajah Sinta dan tersenyum, memberikan penghiburan untuk gadis menggemaskan yang sedang sedih ini. Ia membagi selimut untuk mereka berdua, otomatis, tubuh mereka berdekatan.

Sinta terpana sesaat. “Wah, aku baru tahu kau punya lesung pipi kalau tersenyum semanis ini.” Kata Sinta lalu menyentuh pipi Bintang dengan jari-jemarinya.

Fate In You (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang