***
"Gak apa-apa Fi, fokus saja bimbel-nya!"
"Sorry, beneran deh aku lupa kalau hari ini aku ambil kelas tambahan, jadi gak bisa antar ke bazaar buku itu. sebagai gantinya, aku bakal ajak kamu ke pameran musik minggu depan di Museum Musik, ya? ya?"
"Pikirin kelasmu saja dulu, jangan main-main dengan janji! Sana ! hush!"
Klik!
Sinta memasukkan ponsel ke saku rok selutut-nya dan keluar dari bazaar buku yang ramai. Ia sudah dapat beberapa buku menarik dengan harga rendah. Sinta memeluk buku-buku tersebut dan memasukkannya kedalam goody bag.
Karena berjalan-jalan tadi, ia jadi haus sekarang.
Di seberang jalan, dekat dengan traffic light terdapat sebuah bangunan mungil
bernuansa coklat tua yang manis, sebuah cofee shop.Tinggal 15 detik lagi untuk menunggu sampai lampu lalu lintas yang semula merah akan berubah hijau.
Ketika tanda nya berbunyi, tiba-tiba saja memori buruk yang sudah ia buang jauh-jauh menghempasnya, napas Sinta langsung tersengal, dadanya sesak seperti jalan napasnya dihentikan seketika.
Senja mendung, awan menggantung, rintik hujan, motor yang menghancurkan tubuhnya, teriakan Fiona dan tangisan mama-nya, dan mimpi aneh itu.
Sinta memeluk tubuhnya yang gemetar hebat.
"Dik, baik baik saja?"
Sinta memejamkan mata sesaat untuk mengatur napasnya yang naik turun. beberapa saat kemudian, ia mendongak ke seorang wanita paruh baya yang merangkulnya di trotoar, lengkap dengan wajah khawatirnya.
"Wajahmu pucat dan berkeringat, tante mau antar ke dokter?"
"G-gak perlu kok, tante, terimakasih."
"Sungguh? Tapi tante lihat kayaknya kamu sangat kesakitan."
Sinta tersenyum. "Tante, boleh minta tolong, gak?"
"Apa itu?"
"Anterin aku nyebrang zebra cross bisa?"
Wanita itu tersenyum dan mengangguk. "Kebetulan tante mau ke sebrang juga."
Wanita asing itu masih meraih bahu Sinta dengan tangannya dan menyebrang jalan.
"Memang mau kemana?"
"Aku mau ke cofee shop tante." jawab Sinta. mereka sampai di seberang. "Makasih bantuannya, tante."
"Beneran gak mau di temenin? Tante khawatir kamu kaya tadi lagi."
Sinta tersenyum manis. "Kok tante baik banget sih sama aku? Kita kan orang asing."
"Apa karena orang asing kita gak boleh membantu sesama?" Sinta mengangguk-kan kepalanya dan ber-Oh-ria. Wanita itu mengelus pundak Sinta, "Kalau dilihat-lihat kamu ini mirip sama kenalan tante dulu, mirip sekali."
"Ah itu.. mukaku memang pasaran tante."
Wanita tersebut tertawa. "Ah, kamu.. kalau begitu tante juga pergi dulu ya?"Sinta masih memandangi wanita itu sampai punggungnya menghilang di balik gedung.
Lalu, ia masuk ke dalam cofee shop. Aroma manis dari kopi, alunan musik pop lembut, dan denting cangkir, juga suara riuh rendah pelanggan yang berbincang mengisi atmosfere hangat di ruangan ini.
Sinta mendekati seorang barista di meja kebesarannya, sedang meracik kopi terbaik untuk pelanggan, ia mendongak memperhatikan daftar menu di atas meja tersebut, bersama seorang pria berkaus belel dan celana jeans robek-robek, Sinta hanya melirik sesaat, dan fokus memesan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate In You (COMPLETED)
Romance[#3 in Sad Romance 16012019] Berawal dari sebuah tragedi yang terjadi di suatu senja yang berawan. Sinta Dahsa Sanjaya, pemain basket tebaik dalam team sekolahnya harus rela memiliki satu ginjal ditubuhnya, seumur hidup. Setelah ia bangun dari kom...