Part 17

917 56 0
                                    

Bel pertanda jam kegiatan belajar selesai-yang ditunggu-tunggu berbunyi. Para siswa berhamburan keluar kelas dengan suka cita.

Heran, tempat yang selalu dinanti-nanti jam pulangnya ialah tempat yang paling dirindukan saat tanggal-tanggal kalender dibubuhi tinta merah.

Pada beberapa kesempatan, bunyi bel tak berlaku serius untuk Bisma dan Arga. Kedua sekawan ini masih berkutat dengan tugas baru mereka, persiapan kejuaraan basket antar SMA. Kebetulan, Bisma yang dipercayakan untuk menjadi ketua pelaksana, disusul Arga menjadi wakilnya setelah rundingan dengan seluruh anggota basket.

Ruang basket yang biasa menjadi tempat musyawarah saat ini sepi, duduklah Bisma seorang sibuk bersama laptop putihnya mengetikkan sesuatu. Suara riuh khas kelas bubar terdengar sayup dari dalam ruangan. Sejurus kemudian, suara naik drastis kala seorang masuk.

"Dari mana saja, kau?" Bisma melirik Arga yang baru tiba.

"Aku dari kelas dan membawakan tas-mu."

Arga melempar tas Bisma disusul tubuhnya ke atas kursi putar di samping Bisma.

"Apa ruang ini dan kelas kita sejauh sabang ke merauke?"

Arga tahu sindiran itu karena ia pergi terlalu lama. Ia merespon dengan cengiran.

"Eh, ada berita baru!" Arga mendekat.

Bisma menutkan alis, "Apa pria akhir-akhir ini juga bergosip seperti wanita?"

"Kali ini kau juga pasti tertarik."

Arga meyakinkan, dia memberikan ponsel hitamnya pada Bisma dan menunjukkan sebuah video.

"Sinta Dasha Sanjaya, Aku menyukaimu!"

Bisma memutar ulang video dengan wajah serius. Kemudian bereaksi yang sama sekali tak Arga duga, Bisma meletakkan ponsel dan kembali ke laptopnya.

"Aku sudah pernah lihat acara live-nya!"

Arga mendengus kecewa. "Bagaimana pun, aku senang pria itu datang dan menggagalkan Rayhan. Bahkan Fiona juga diam-diam menyukai si Rayhan itu, uh!"

"Kenapa? Kau cemburu Fiona lebih menyukainya? Bukankah kalian saling menyayangi?"

"Lalu, bagaimana denganmu? Kau tidak kesal kalau Sinta dengan Rayhan?"

Bisma tersenyum, itu tidak terjadi buktinya.

"Bagaimana kalau pria itu yang bersama dengan Sinta?"

Bisma berubah ekspresi.

"Dia sahabatku, aku percaya Sinta tak menyukai pria yang bernama Bintang itu. dia yang mengatakannya sendiri padaku."

"Yah, kau tidak tahu? Hati manusia selalu berubah, dan wanita? Hati mereka jauh lebih susah dimengerti daripada soal pertidaksamaan linear!"

Bintang tersenyum tipis. Ia mendongak melihat jam dinding menggantung di tembok, kemudian bergegas merapikan barang-barangnya.

"Kau mau kemana?"

"Apa Fiona sudah pulang?"

Arga menggeleng menjawabnya. "Belum, tapi kenapa bertanya pacarku?"

Bisma sumringah, merekatkan tas ransel ke punggungnya. Berjalan meninggalkan ruangan. "Aku ingin menemuinya."

Arga memandangi punggung temannya yang menghilang di balik pintu, "Yaah, hati pria pun sama sulitnya untuk dipahami. Tapi tunggu-kenapa dia ingin menemui Fiona!? Bisma!"

Arga berlari menyusul Bisma.

***

Tepat setelah bel pulang berdentang, semua siswa berhamburan keluar. Tidak ada yang ingin menetap lebih lama di sekolah, terlebih besok akhir pekan. Libur sudah dimulai sejak bel KBM selesai dikumandangkan, begitu kata mereka.

Fate In You (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang