Part 35

690 45 2
                                    

Dont be silent reader guys! Ditunggu kritik dan sarannya yaaa^^

"Jangan bicara. Ikuti aku."

***

Suara riuh rendah dan aroma masakan memenuhi atmosfer khas dalam restoran.

Pengunjung sedang ramai-ramainya, dan pegawai restoran sedang sibuk-sibuknya.

Bintang memperhatikan Sinta yang duduk tepat didepannya, tak mempedulikan ia sedikit pun, hanya fokus memasukan semua makanan ke dalam mulutnya tanpa jeda.

Disisi lain, ia senang melihat Sinta bersemangat dan makan dengan lahap seperti itu. Tetapi, gadis itu seolah menganggapnya seperti makhluk tak kasat mata.

"Bicaralah. Aku akan pergi setelah makananku habis." Kata Sinta disela makannnya. Bintang masih diam. "Makananku sudah hampir habis lho."

"Tidak ada yang ingin aku katakan."

Sinta menaruh sendoknya. "Kalau begitu, kenapa kau menarikku untuk makan disini?"

"Karena kau terlihat sangat kurus."

"Aku hanya stress. Tapi apa pedulimu?" Sinta menghela. "Bukankah kau yang ingin berhenti? Lalu apa yang kau lakukan ini? Kau ini sakit jiwa ya?"

Bintang tersentak beberapa saat. Sinta tak sangka kalau ucapannya benar menohok Bintang dengan dalam. Tetapi, Bintang masih mampu mengontrol ekspresi wajahnya.

"Aku sedang ingin mengerti dan memahamimu."

"Berarti kau belum mengerti aku."

"Tolong buat aku mengerti. Aku masih belum paham mengapa kau begitu marah padaku."

"Kau membuat perjanjian dengan Bisma dan menjauhiku dengan alasan tidak jelas."

"Itu agar kau dapat kembali bermain basket."

"Jadi, kau terlihat 'sangat bahagia' ya setelah melakukan itu?" Sinta menghela. "Aku sudah lewati banyak hal. Ketika anggota tim meragukanku karena fisikku, kubuktian kalau mereka salah. Setiap latihan, aku datang satu jam lebih awal dan pulang dua jam lebih lama daripada yang lain. Awalnya, aku bahkan tak bisa melempar bola dengan benar, hal itu membuatku marah dan berlatih dengan keras. Aku tidak butuh tangan orang lain untuk mencapai itu."

"Apa kau akan seperti ini selamanya? Kau bukan penyendiri yang antisosial. Tidak semua hal bisa kau dapatkan sendiri. Itulah hidup sebenarnya."

"Aku tahu itu, dan aku membencimu."

Bintang memejamkan mata sesaat, "Jadi aku terlihat bahagia dimatamu sekarang? Sudah selesai kan? Aku akan bayar bill-nya." Bintang pergi tanpa menoleh lagi.

***

"Sinta semangat!! Ayo ayo!"

Teriakan Fiona membahana di dalam lapang basket indoor. Di lantai basket, suara decit sepatu saling sahut menyahut, menguasai ruangan. Gadis termungil diantara dua tim yang bertanding tersenyum ke arah Fiona yang menyemangatinya, sedetik kemudian kembali larut dalam pertandingan.

Fiona memeriksa isi dalam tas Sinta yang didekapnya. Sinta banyak sekali makan vitamin.

Suara peluit menandakan berakhirnya permainan. Fiona melambai dari bangku penonton, seraya mengacungkan satu botol air mineral untuk Sinta.

Tetapi, Arga yang lebih dahulu sampai dan menghampirinya.

"Wah, baiknya pacarku. Tiap hari dong bawain minuman!"

"Eh? Kata siapa ini punya kamu? Ini buat Sinta tau!"

Sinta datang, dengan senyum lebar menerima air mineral yang Fiona berikan.

Arga memberengut, sedetik kemudian senyumnya merekah karena Fiona mengeluarkan sebotol minuman lagi, kali ini untuknya.

Ketiganya berbincang-bincang santai menikmati waktu istirahat.

"Kak Bisma! Tadi kakak mainnya keren banget! Semoga tahun ini lolos dapat beasiswa-nya ya?" Dua orang siswi yang manis-manis menghampiri Bisma yang baru selesai minum. Keduanya berbisik-bisik, "Em, ini untuk kakak. Ini buatanku sendiri lho." Mereka memberikan sebuah kotak berwarna hitam.

"Wah, ngerepotin. Makasih ya." Jawab Bisma santai.

Keduanya nyaris berteriak kegirangan, lalu melesat pergi dengan heboh. Pesona Bisma sebagai kapten tim basket sepertinya meluluh-lantahkan hati banyak gadis disekolah, apalagi adik-adik kelas. Bisma melihat kotak itu sesaat.

Duk! Sinta mengerjap, tangannya spontan menyangga sebuah kotak yang mendarat di kepalanya. Ia menoleh, Bisma berjalan tanpa memalingkan wajahnya, keluar dari lapangan. Ia beralih kepada sebuah kotak denim di tangannya.

"Ish! Selalu aja! Inikan kado dia!"

Arga dan Fiona nampak cuek, "Udah jadi kewajiban kali, kado dari adik kelas yang mana sih yang gak Bisma kasihin ke kamu?"

Arga merebut kotak itu dari Sinta dan membukanya, rainbow cake. Keduanya langsung antusias melahap potongan manis berwarna itu seraya mendengar omelan Sinta.

"Iya tetep aja kasian itu adik-adik kelas yang repot kasih. Menyebalkan!"

"Tumben, biasanya kamu santai aja. Masih berantem sama Bisma?", tanya Arga.

Sinta mengangkat bahu tidak peduli, dan keduanya mulai berbincang mengenai persiapan turnamen awal semester genap nanti.

Sementara, Fiona sibuk dengan laptop nya tanpa ikut dalam topik.

"Lagi ngapain? Kok sibuk banget keliatannya?" Arga memanjangkan lehernya melihat apa yang kekasihnya lakukan dengan ponsel.

Ia berkerut, "Ini kan formulir beasiswa kategori non akademis? Kamu mau daftar?"

"Bukan aku, tapi Sinta."

Sinta tersedak. "Aku apa!?"

Fiona memperlihatkan laptopnya. "Aku mendaftarkanmu beasiswa ke Universitas Haneol di Korea Selatan. Tahun ini, pihak kampus disana akan menyeleksi calon-calon atlit berbakat dari Indonesia."

"Bukan itu maksudnya, kenapa aku? Kenapa mendaftarkanku?"

"Bisma juga mendaftar. Ini kan kesempatanmu, Sinta."

"Cepat, batalkan!"

"Tapi aku baru selesai verifikasi. Namamu sudah sampai di pusat."

Sinta merebut laptop Fiona, memandang lemas data tersebut. Bagaimana Fiona bisa memasukkan semua piagam dan sertifikat dirumahnya sebagai referensinya? Sinta mendelik ke Fiona dan mengmbalikan ponsel, "Udah ah, aku mau latihan! I dont care!"

"Iya! Bagus! Selamat berlatih calon atlet Haneol University!"

"Ngomong-ngomong, kenapa kau melakukannya?" tanya Arga selepas Sinta pergi dengan muka di tekuknya.

"Aku hanya menyelamatkan masa depan seseorang saja." jawabnya. "Belakangan, aku tahu kalau Bintang melepas beasiswanya untuk Sinta, kalau ia tahu Sinta mendaftar beasiswa di Korea juga, aku yakin seratus persen kalau Bintang akan mengambil kembali beasiswanya, jadi mereka berdua akan bersama di negara ginseng itu."

"Berarti Bisma juga di universitas yang sama dengan Sinta?"

"Iya. Seseorang harus menjaga Sinta dari dekat, karena anak itu terlalu polos dan tidak tegaan. Siapa lagi kalau bukan Bisma kan?"

"Wah, pacarku ini sangat optimis ya? Bagaimana kalau salah satu dari mereka tidak diterima?"

"kalau Bisma itu pasti diterima, dan tidak menutup kemungkinan Sinta akan diterima juga. Dia pemain berbakat kan? Dia pernah membuat rekor muri melakukan shooting terjauh."

"Wah, kau membuatku jatuh cinta!" Arga memeluk Fiona, tapi gadis itu malah berteriak histeris.

"Hei! Ini sekolah, bodoh!"

***

-----------------------------------------------------------------
Thanks for all who support my story!!

Fate In You (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang