Part 77

675 30 1
                                    

Halo Everyone!!
Terimakasih bagi yang masih mengikuti perkembangan ceritaku yaa, kalian penyemangatku untuk terus menulis❤
Kritik dan saran kalian selalu kutunggu. Selamat Membaca yaaa ❤❤

***

Diluar perkiraan, dengan alasan kondisi Sinta yang perlu perawatan lebih, Sinta harus menginap di rumah sakit satu malam lagi. Saat itu, ia dan mama-nya di perkenalkan dengan Dr. Pandu oleh Dr. Jo, Dokter spesialis organ dalam yang lewat penuturannya ia lama bekerja di rumah sakit terbesar di Swiss.

Dr. Pandu bercerita mengenai pasien-pasien dengan penyakit yang sama seperti Sinta, yang berhasil ia sembuhkan, dan hal tersebut tentu membawa harapan besar untuk Sinta, terutama mama-nya. Kunci utamanya ialah transpaltasi.

"Sinta, saya akan membantumu semampu saya, tapi semua kembali pada dirimu. Tetaplah memiliki motivasi yang kuat untuk sembuh."

Mendengar kalimat itu, Sinta jadi lebih semangat dari hari sebelumnya. Dan hari ini, ia kembali ke sekolah setelah dua hari absen.

Di mejanya, Fiona tampak serius dengan buku pelajaran, mulutnya komat-kamit dan tangannya bergerak cepat menghitung di kertas kosong untuk mencari jawaban.

Ia sedikit iri melihat Fiona yang memiliki keteguhan dan semangat yang besar untuk menjadi dokter. Dan, Sinta yakin sahabatnya itu akan berhasil.

Sinta tersenyum, menyapanya dengan riang. Tapi, Fiona sama sekali tidak menggubrisnya dan sibuk menjawab soal integral. Awalnya, Sinta memaklumi karena Fiona terlalu fokus, tetapi kemudian, sifat acuh Fiona berlanjut terus, ia tidak berbicara, bertanya atau sekedar merespon pertanyaan Sinta. Bahkan, Sinta rasa Fiona bahkan tak mendengarkan materi yang sedang guru jelaskan di white board.

Sifat dinginnya bertahan sampai bel istirahat berbunyi, Fiona jadi orang pertama keluar dari kelasnya, membuat semua temannya terheran-heran. Di luar kelas, Arga sudah menunggunya, tetapi Fiona juga tidak mempedulikannya.

Kemudian, Sinta mengejar langkah Fiona yang panjang-panjang, terburu-buru menghindarinya.
Sinta memanggil namanya berulang-ulang, ia menyumpah pelan sebab ia merasa lelah sekali hanya sedikit berlari seperti tadi. Lalu, ia sadar, Fiona kemarin ada disana, di rumah sakit, sahabatnya pasti sudah tahu apa yang sudah terjadi.

"Fiona tunggu! Aku lelah! Serius!" seru Sinta memegangi dadanya.

Tanpa disangka, Fiona menghentikan gerakan kakinya. Sinta mendekatinya, menyentuh lengan Fiona, tapi cepat-cepat di tepis.

"Apa!?" seru Fiona ketus.

"Fiona, sebenarnya.. aku sedikit sakit." Jawab Sinta setengah terengah. Ia berusaha menormalkan suaranya.

"Sejak kapan?" tanya Fiona lagi.

"Sejak diagnosis awal, diumurku 13 tahun. Empat tahun yang lalu."

"Jadi, selama empat tahun aku orang yang bodoh dan tidak memperhatikan situasi ya? Bahkan meski kau minum banyak sekali obat, terlihat pucat dan kurus, dan banyak bekas jarum infus di lenganmu."

Sinta terdiam.

"Apa Bisma tahu? Bagaimana dengan Bintang? Dia juga tahu dari awal penyakitmu? Mereka semua tahu? Kecuali aku?"

Sinta terdiam.

"Teganya.." Fiona menggelengkan kepalanya, matanya buram. "Teganya kau melakukan ini padaku!" bentak Fiona dengan suara gemetar.

"Ini alasannya aku merahasiakannya darimu, kau akan terkejut dan merasa kesulitan."

"Jadi kau merahasiakannya agar kau tidak menyulitkanku? Bukankah alasannya adalah aku bahkan tidak akan berguna jika mengetahuinya?" Fiona menghela. "..Kau merendahkan sahabatmu sendiri."

Fate In You (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang