Part 74

622 39 10
                                    

Happy Reading ❤

***

Di dalam mobil yang di kemudikan Nico, tidak ada satupun yang berniat untuk memulai pembicaraan. Bintang berkali-kali menatap jalan raya yang cukup ramai, berharap Nico mengemudi lebih cepat.

Begitu sampai area parkir, Bintang langsung keluar mobil, setengah berlari ke arah lift yang tak kunjung berdenting dan terbuka.

Bintang melupakan lift, dan berlari ke tangga darurat dan melangkahi dua sampai tiga anak tangga sekaligus, menuju lantai enam.

Ia tidak mendengar tubuhnya yang meronta kelelahan, ia bahkan tak mendengar suara Sinta yang memintanya berjalan sedikit lebih lambat. Yang jadi fokus utamanya ialah sampai di apartemen Indah dengan cepat.

Sinta terengah dan menekan perutnya yang mulai terasa sakit. Nico cepat-cepat menyangga tubuh oleng itu. “Jangan Sinta, tubuhmu tidak akan kuat.”

Sinta meyakinkan Nico bahwa ia baik-baik saja. “Aku khawatir Bintang jatuh nanti, kak. Ayo cepat.”

Bintang merasa kepalanya berputar, ia menggelengkan kepala mengusir pening dan mengetuk pintu apartemen dengan tempo yang cepat. Ketika sang empu apartemen membuka pintu, Sinta dan Nico juga sampai.

Seorang wanita langsung menghambur kepelukan Bintang dan menangis dengan keras. “Bintang! Suamiku.. Suamiku..”

Indah menangis tersedu-sedu, menumpahkan segala kesedihan dan kekecewaan, sampai amarahnya di dada Bintang. Pria tinggi itu membalas pelukan Indah, membiarkan wanita itu menangis, dan menenangkannya.

“Kukira kau tidak akan datang, Bintang.” katanya di sela tangisannya.

Indah dan suaminya mengambil penerbangan jam 12 siang. Tapi karena ada urusan yang sangat mendadak, Indah harus membatalkan keberangkatannya. Tetapi, tidak dengan suaminya sebab ia harus rapat dengan kedutaan di Seoul malam harinya.

Indah menerima telepon sore hari bahwa pesawat yang ditumpangi suaminya mengalami kecelakaan. Dan, pada malam hari 31 Desember, anggota BASARNAS menelponnya kembali karena menemukan jasad yang sudah dipastikan bahwa itu adalah suami Indah.

Nico menghampiri Bintang dan Indah, namun cepat-cepat di tahan oleh Sinta sampai keduanya masuk ke apartemen Indah. “Mereka butuh ruang, kak.” Katanya.

***

Keesokan paginya, seperti biasa Sinta membawakan sarapan untuk Bintang ke kamar kostnya. Tapi, setelah mengetuk beberapa kali, dan menunggu sekitar lima belas menit, ia menyimpulkan bahwa Bintang tidak ada ditempat.

Ia kembali ke rumah dan bergegas pergi ke tempat yang ia yakini Bintang datangi.

Setengah jam kemudian, Sinta sampai di depan apartemen Indah dan mengetuknya beberapa kali. Seorang pria membukanya dan terkejut dengan kedatangan Sinta.

“Halo Ssaem!” seru Sinta riang. “Bagaimana dengan Indah? Dia sudah membaik?”

Bintang merasa kikuk, dan mempersilahkan Sinta masuk. “Dia masih menangis terus, tapi keadaannya lebih baik daripada kemarin. Oiya, apa yang kau bawa? Sini kubawakan.”

Sinta masuk dan langsung menghampiri kulkas yang kosong. Ia mengeluarkan beberapa wadah makanan yang ia bawa dari rumah. “Mama memasak beberapa masakan, tapi karena Mama gak tahu apa yang disukai Indah dan aku juga terburu-buru kesini, aku gak bawa banyak. Hanya sop, semur, dan beberapa tumis sayuran saja.”

Sinta menaruh wadah-wadah makanan di dalam kulkas. “Sebelum kesini, aku juga membeli beberapa makanan ringan, dan coklat. Sedang sedih itu paling enak memakan sesuatau yang manis. Aku simpan di freezer ya?”

Fate In You (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang