Part 30

746 42 9
                                    

"Sinta mengalami anemia dan kelelahan, pencernaannya juga terganggu, lambungnya juga mengalami erosi. Apa siang ini dia muntah yang disertai darah? Sekarang kami juga meng-ingfusnya karena perutnya menolak semua makanan yang masuk. Ini salah satu gejala stress. Seharusnya penderita gagal ginjal dalam masa pengobatan tidak boleh stress karena akan mempengaruhi tekanan darahnya, dan itu bisa menjadi fatal. Beberapa hari ini, ia pasti sangat kesakitan, dimana mama-nya? Ada yang harus saya bicarakan."

Diagnosis Dr. Jo membuat Bintang mengepalkan tangan.

Stress? Hal apa yang mengganggumu sampai membuat kau terbaring di bangsal rumah sakit?lagi?

Ia sungguh benci melihat Sinta kembali ke tempat ini. Seperti memiliki trauma lain melihat Sinta tak sadarkan diri, hari itu dan hari ini.

"Tante Mary akan sampai sebentar lagi, dok."

Bintang mencengkram erat-erat besi bangsal sampai kuku-kukunya memutih.

Dokter sudah pergi sejak tadi setelah memeriksa kembali tabung infus.

Sinta nampak tenang di pembaringnnya dengan selang infus di punggung tangan.

Wajahnya sudah tak sepucat tadi, ia menangkap lingkaran hitam besar dibawah matanya yang terpejam.

Kenapa kau terlihat begitu tersiksa?

Itu membuat Bintang jauh lebih sengsara, ia ingin menghajar apapun dan siapapun sekarang.

Dan kebetulan sekali, seorang tepat masuk ke dalam ruangan. Bintang tak segan-segan dan serta merta melayangkan tinju sekuat tenaga pada sosok yang baru sampai di depan pintu.

Bisma tersungkur ke lantai dengan darah mengalir di sudut bibir. Perih sekali. Ia dipaksa bangkit oleh Bintang lalu ditarik keluar ruangan, menuju lift ke lantai paling atas, atap gedung rumah sakit.

"Kenapa kau melakukannya?"

Kali ini, Bintang berusaha sebisa mungkin menahan amarahnya. Ia masukkan lengannya kedalam saku celana, menghindar agar tak menghajar Bisma.

Kali ini, berbeda dengan sebelumnya. Kalau biasanya Bisma yang berapi-api melihat Bintang, sekarang Bintang-lah yang tak dapat membendung emosi.

"Melakukan apa?" Bisma masih merasa perih di sudut bibirnya, namun tak berniat untuk membalas pukulan Bintang, ia merasa lega, rasanya mendapat ganjaran dari perbuatannya.

"Kau memiliki wewenang untuk memilih anggotamu, dan kau tak membawa Sinta ke turnamen nanti padahal kau tahu sendiri dia berusaha dengan keras."

"Iya. Aku bertanggung jawab atas tim-ku. Aku ingin permainan yang sempurna, dan semua orang tahu kalau Sinta baru keluar dari rumah sakit dan masih butuh perawatan."

"Apa hanya karena itu?"

"Sejak awal aku serius dengan turnamen ini, dan tidak ingin ada kesalahan."

"Apa hanya karena itu!?" suara Bintang meninggi.

Bisma mengepalkan tangan, "memangnya karena apa lagi?"

"Apa karena Sinta?"

Bisma terdiam.

Bintang meninggikan nada suaranya, "Kutanya, apa karena Sinta!!?" serunya lantang. Ia menarik kerah baju Bisma. "Bukankah kau menggunakan alasan seperti serorang pengecut begini.. apa hanya karena Sinta!?"

"Kalau iya, kau mau apa sekarang? Jika memang karena Sinta, kau mau apa sekarang? Aku harus bagaimana lagi? Aku tak bisa membiarkan Sinta bertanding dalam keadaan sakit seperti itu. bagaimana aku bisa berpura-pura tidak tahu!?"

Bintang tertegun sesaat. Jadi-tunggu Bisma tahu penyakit Sinta? Bintang menghela.

"Hanya karena Sinta sakit, bukan berarti semuanya berubah. Aku tahu kau kecewa, tapi tetaplah kuat. Bayangkan betapa sulitnya yang dirasakan Sinta! jadi, jangan membuatnya lebih terluka!"

"Lalu apa yang harus aku lakukan!? aku mengetahui kau merelakan beasiswa itu hanya untuk selalu berada di sisi Sinta dan melindunginya. Pada akhirnya kau yang jadi pahlawannya, lalu aku harus bagaimana!?"

"Maka dari itu kau juga harus disisinya dan jujur padanya soal perasaanmu!"

"Dan bagaimana jika aku jujur? Jika aku jujur, apa ada yang akan berubah? Kau juga tidak akan berhenti menyukainya dan tetap disisinya!" Bisma mengeraskan rahang. "Jadi, walau aku bersikap seperti pengecut. Jangan hiraukan aku."

Bisma melepas cengkraman di lehernya. Namun bukannya lepas, itu jadi semakin kuat.

"Tapi, kau yang di butuhkan Sinta berada disisinya. Jika semua orang boleh berpaling darinya, kau tidak. Juga kembalikan Sinta kedalam tim, kali ini aku mohon."

"Kalau begitu,hanya ada satu cara. Kau, pergilah dari sisi Sinta."

Cengkraman Bintang tiba-tiba lemas, dan tangannya jatuh ke sisi samping tubuhnya. Tenggorokannya mendadak ngilu, "Baiklah."

***

"Terimakasih dokter."

Mary mengiring Dr. Jo sampai depan pintu kamar, lalu kembali menghampiri anaknya.

Ia mengusap rambut anak tersayangnya dengan lembut, dan penuh perasaan. Ia sangat mencintai sekaligus merasa bersalah pada Sinta hingga tak sanggup untuk menentang apa yang satu-satunya ingin anaknya lakukan. Sinta berada disisinya, itu sebuah berkah yang tak ternilai.

Pintu kamar bergeser dan seorang muncul dari baliknya.

"Selamat malam tante." sapa Bintang dengan ramah.

"Terimakasih Bintang, karena sudah membawa Sinta kesini. Apa tadi kebetulan lagi bersama Sinta?"

"Bukan tante. Tadi hanya kebetulan saja."

Mary mengangguk kecil, beralih menggenggam jemari Sinta. "Kenapa ia bahkan tak cerita pada mama-nya? Bintang, apa Sinta cerita sesuatu?"

Bintang menggelengkan kepalanya dan memandang Sinta khawatir.

Haruskah ia menjauhi Sinta? tepatnya.. mampukah? Ah, ini untuk kebaikannya juga kan? Sinta.. Ini hal yang tepat kan?

Mary merogoh tas tangannya, mengeluarkan sebuah kotak perhiasan hitam seukuran telapak tangan. Mary membukanya, nampak sebuah kalung perak cantik dengan liontin berbentuk bintang segi lima dengan permata kecil ditengahnya.

"Tante habis beli kalung?"

"Ah bukan. Tante lagi beresin rumah dan kebetulan menemukan ini. Sinta sih bilang ini miliknya, dan sepertinya ini berharga sekali, buktinya ia tetap menyimpannya padahal sudah lama sekali. Terakhir kali, ia panik dan membongkar seisi rumah hanya untuk mencari kalung ini. Kalau ia tahu kalung ini sudah ketemu, dia pasti senang sekali."

Bintang memperhatikan kalung tersebut. Cantik sekali. Lebih cantik kalau Sinta yang memakainya.

***

-----------------------------------------------------------------
Hai haiiii!!! Gimana part kali ini? Tinggalkan komen ya guys? Demi peningkatan penulisan? Boleh kritik dan saran juga ya?

Fate In You (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang