"Sinta, Kau baik-baik saja?"
Sinta sekuat tenaga berdiri tegap. Kenapa Bintang lagi yang mendapatinya dalam kondisi seperti ini?
"Aku harus pergi."
Sebelum itu, Bintang menahan tangan Sinta, "Tunggu, kau mau kenapa buru-buru seperti ini? Dan, kenapa wajahmu pucat?"
"Aku harus cepat ke tempat Fiona dan meluruskan sesuatu. aku tak ingin membiarkannya salah paham."
"Kalau begitu, aku akan mengantarmu."***
"Apa mungkin Arga sudah diatas?"
Mata Sinta menyapu ke halaman terbuka nan luas. Ia perhatikan satu persatu warung-warung kecil dan toko-toko cinderamata yang mungkin saja orang yang dicarinya ada disana. Bintang datang menghampiri setelah memarkir motor dan mengambil tiket masuk.
Cukup banyak pengunjung yang datang untuk melihat air terjun di akhir pekan. Ia dan Fiona juga pernah berkunjung ke tempat ini. Sinta mengecek ponsel, menggerutu karena minimnya sinyal.
"Ini, minumlah." Bintang menyodorkan sebotol air mineral.
"Aku tidak haus, kau saja." tolaknya.Bintang menarik tangan Sinta, "Kau harus banyak minum agar bisa mencari temanmu. Pikirkan kesehatanmu juga. Lagipula, jarak dari sini ke air terjunnya cukup jauh."
Sinta menurut dan meneguk air mineral secukupnya. "Terimakasih."
Keduanya memulai perjalanan. Menyusuri jalan kecil yang tanahnya tergerus penuh dengan bekas pijakan kaki pengunjung sebelum mereka. Disisi kanan dan kiri, hanya tumbuhan ilalang dan berbagai macam pohon lain.
Selain suara jangkrik dibalik hutan, suara deras air mengalir menenggelamkan suara bercakap mereka.
"Jadi apa kesalahpahaman ini ada hubungannya dengan pria?", tanya Bintang.
"Selama ini aku tidak tahu kenapa Fiona memutuskan Arga. Kemarin, aku mendapati Fiona menangis karena mendapat pesan dari Arga, aku sungguh tak tahu apa yang terjadi antara mereka berdua, tapi sekarang aku tahu kenapa. Dan, aku-lah penyebabnya."
Bintang tak bertanya lebih jauh. Ia lebih mengkhawatirkan gelagat Sinta yang aneh akhir-akhir ini. Di lapang basket salah satunya. Ia berharap kecemasannya tak berarti.
"Sebenarnya, banyak orang yang hidup hanya dengan satu ginjal saja. bahkan ada seorang yang berumur 52 tahun, dan tak pernah tahu bahwa ia hanya memiliki satu ginjal saja. intinya, orang akan hidup dengan normal jika hanya memiliki satu ginjal saja, karena satu ginjal saja mampu untuk melakukan kerja yang dilakukan oleh dua ginjal sekaligus. Itu karena ginjal yang tersisa berfungsi dengan baik", Bintang teringat ucapan Dr. Jo kala itu.
Bruk!
Bintang lekas membantu Sinta yang tersandung rumput liar dan menggiring Sinta ke tepi, membiarkan orang-orang dibelakangnya berjalan duluan. Bintang prihatin melihat Sinta yang menggigit bibir bawahnya.
"Istirahat dulu. Kita sudah satu jam berjalan."
Sepertinya Sinta tak mendengarkan, malah melanjutkan perjalanan. Bintang sungguh kesal pada Sinta yang keras kepala ditambah tangan yang tak pernah luput menyentuh perut kirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate In You (COMPLETED)
Romance[#3 in Sad Romance 16012019] Berawal dari sebuah tragedi yang terjadi di suatu senja yang berawan. Sinta Dahsa Sanjaya, pemain basket tebaik dalam team sekolahnya harus rela memiliki satu ginjal ditubuhnya, seumur hidup. Setelah ia bangun dari kom...