Part 63

702 43 19
                                    

Happy Reading yaaa teman-temaan!

***

Sinta membawa beberapa bantal dan selimut menuruni anak tangga.

Ia sudah menawari Om Bayu kamar tamu tepat di sebelah kamarnya, tetapi Om Bayu menolak dan memilih tidur di sofa panjang di ruang tamu.

Hal yang sama berlaku juga untuk Bintang.

Ia ingin menelpon mama-nya meminta izin untuk Om Bayu dan Bintang menginap satu malam, tetapi ia tahu mama-nya sedang mengudara dan tidak dapat dihubungi untuk saat ini.

“Om beneran gak apa-apa tidur di sofa? Kalau malam disini dingin lho. Yakin?”, tanya Sinta sekali lagi.

Bayu menempatkan bantal di sofa panjang itu senyaman mungkin, ia tertawa kecil.

“Tentu saja om gak apa-apa. Jangan khawatir.” Ujarnya memberi tanggapan sama seperti sebelumya.

“Sudah kunci pintu dan jendelanya kan? Kalau ada apa-apa, bangunkan om aja ya?”

Sinta tersenyum lebar. Harusnya ia tidak boleh merasa seperti ini, tapi Om Bayu adalah sosok yang sempurna untuk di jadikan ayah, setidaknya itu menurut Sinta.

Bayu melirik putranya di sofa sejenis tepat berada di seberangnya, anak itu duduk tegap menatapnya sinis.

Tapi, begitu Sinta menghampiri, tatapannya melembut. Dasar kasmaran.

Bintang menerima bantal dan selimut untuknya, sejak kedatangan Daddy-nya, moodnya langsung terjun bebas sampai ke dasar.

“Apa lampunya perlu kumatikan?” tanya Sinta pelan. Ia tahu Bintang tidak ingin daddy nya tahu perihal pobhianya.

Bintang melirik sesaat pada ayahnya yang bersiap tidur, “Matikan saja. Dan pastikan kau kunci pintunya ya! Kalau-kalau ada penyusup—”

“Aku lebih takut padamu yang tiba-tiba menerobos kamarku, ssaem!” seru Sinta bercanda.

Ia mematikan saklar lampu di dinding, lalu masuk kamarnya.

Suasana jadi hening. Ini mengerikan, Bintang bahkan tidak pernah berharap bisa tidur di satu ruangan yang sama bersama ayah yang dibencinya.

Bayu memutar kepalanya kesamping, putranya menatap kosong atap yang kesepian.

“Kau sungguhan menyukainya? Bagaimana caranya kalian bisa bertemu?”

Bintang memutar tubuh memunggungi ayahnya, ayolah! Mata cepatlah tidur! Ia terus mengingat kata-kata Sinta soal gelap, ia tak boleh takut pada kegelapan lagi, tapi ketika sel-sel tubuh dan otaknya nyaris istirahat, bayang-bayang itu kembali, ke bagian bagaimana pertemuan pertamanya dengan Sinta, hal paling mengerikan yang pernah terjadi dalam hidupnya.

Hening, hanya sepi yang sampai ke telinga mereka yang terlelap, detak jam jadi satu-satunya suara yang menggema di ruangan.

Waktu sudah lewat tengah malam, tapi suhu udara malah meningkat, masih dengan kesadaran yang tidak sampai separuh, Bintang yang kegerahan melepas jaket dan melemparnya ke lantai.

Bayu mengubah posisi tidurnya, ia terusik mendengar suara-suara di sebelahnya. Sejak dahulu, ia tidak pernah tidur dengan nyenyak, ia bahkan terbangun ketika mendengar suara nyamuk yang berdengung dekat telinganya.

Setelahnya, ia tak bisa tidur kembali. Ia menghampiri putranya yang terlelap. Wajah tenang yang dipandangnya kini, untuk seoarang anak lelaki yang sudah dewasa, putra tunggalnya memiliki wajah yang halus, garis hidung, lekuk bibir, sampai ke dagu dan rahangnya, Bintang lebih cocok jadi pria yang manis daripada maskulin.

Fate In You (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang