Part 61

727 32 2
                                    

Happy reading teman-temaaaaaan^^

-

Hari menggelap. Namun, bukan berarti kehidupan di kota juga ikut terhenti, toko-toko, bar mini dan beberapa restaurant mulai buka. Bahkan atmosfer malam hari jauh lebih hidup dan menyenangkan daripada siang hari.

Tak sedikit turis yang mengeksplor malam mereka dengan menikmati dunia malam di kota besar ini.

Sinta mengambil lompatan kecil dari bis ke trotoar, disusul Bintang kemudian.

Sepanjang perjalanan pulang, Bintang tak bosan memasang wajah kesalnya.

Alasannya sepele, karena Sinta tidak mau naik taksi, ia memilih berdesakkan dengan banyak orang di dalam bus kota.

“Wah, aku benar-benar, orang itu harus dihajar sepuluh kali! Beraninya dia terus memperhatikanmu padahal disana ada aku! Inilah yang dimaksud, tidak ada dunia yang aman untuk wanita yang cantik.”

Sinta mengerling, “Jadi, menurutmu aku cantik ya?”

Bintang menahan napasnya, selamanya Sinta selalu merespon kekesalannya sebagai candaan saja.

Baru ia hendak membalas, ponsel Bintang berdering.

“Siapa yang menelpon? Tanya Sinta penasaran.

Bintang malah memasukkan kembali ponselnya, kepalanya mengedar ke sekeliling, ketika menemukan tempat yang hendak dituju Bintang berkata, “Tunggu sebentar di halte, aku akan kembali.”

Sinta hanya menurut, kemudian tidak sampai satu menit kemudian Bintang kembali dengan membawa sebotol air mineral, napasnya terengah.

Dia berlari?

“Kau bawa obatmu kan?” tanya Bintang.

Sinta mengangguk.

“ini. Sekarang waktunya minum obat.”

Sinta menatap botol minum itu.

Dia berlari.. Hanya untuk membeli minum untuk obatku?

Sinta menelan lima jenis obat yang selalu ia bawa kemana pun. Ia tersenyum setelah menghabiskan hampir tiga perempat air mineralnya. Dia selalu membuatku bergantung.

“Jadi, apa yang tadi itu bukan panggilan, tapi alarm?”

“Ya, pengingat waktu minum obatmu.” Bintang menunjukkan list alarm di ponselnya.
Alarm pagi, siang, dan malam.
“Aku sadar kau itu sedikit ceroboh dan kemungkinan besar lupa waktu minum obatmu sendiri, jadi saat waktu minum obatmu datang, aku akan selalu mengingatkan."

“Jadi, pagi, siang dan malam, kau akan terus bersama-ku untuk mengingatkanku minum obat?”

“maksudku bukan seperti itu sih, tapi ide terus bersamamu itu bagus juga, akan aku kabulkan dengan senang hati! Lagipula, aku ini pria tampan yang memiliki waktu luang yang panjang kok.”

“bukan waktu luang, kau lebih mirip pengangguran.” Cibir Sinta. “kenapa kau menyia-nyiakan waktumu itu sih? Dan membuang kesempatanmu pergi ke Korea untukku? Kalau itu aku, dengan kemampuan otakku yang sepertimu, wah! Aku akan melakukan apapun yang ku inginkan! Aku akan mengejar impianku! Terus maju tidak peduli bahkan jika dunia ini akan kiamat!”

“Jadi, apa mimpimu, Sinta?”

“Huh? Aku-aku kan sedang membicarakanmu, mimpimu dan—”

“Ya, aku tahu. Kau pun tahu, kau yang membuat jantungku berdebar. Melihatmu membuatku senang dan aku menikmatinya, mencemaskanmu membuatku nyaris gila tapi aku tetap menikmatinya, artinya kau adalah impianku. ” Kata Bintang lembut, membuat perut Sinta bergejolak dan detak jatntungnya yang saling berlompatan.

Fate In You (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang