Part 8

1.4K 80 7
                                        

Rutinitas baru, ruang tamu yang selalu sepi lengang di sore hari sekarang terselamatkan oleh aktivitas Sinta dan guru less barunya, Bintang.

Meja, sofa sampai karpet terserak buku-buku dari yang paling tebal hingga tipis mengenai Bahasa Korea. Sinta asik menyalin satu paragraph tulisan Hangul ke buku catatanya. Disebelahnya Bintang berkutat dangan laptop sambil sesekali melihat hasil tulisan Sinta.

"Hei, lihat sini!" Sinta sempurna melempar fokus ke pria itu.

"Belajar bahasa tidak melulu tentang membaca dan menulis, kita juga harus tahu gimana orang korea mengucapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ini referensi, ada beberapa drama korea yang akhir-akhir ini hangat dibicarakan orang. Yah, selain karena ketampanan aktornya, ceritanya juga sangat menarik-"

Sinta beringsut memanjangkan leher. Bintang menoleh, terpaku pada wajah Sinta yang terlalu dekat dengan wajahnya. Sinta lantas menoleh ke arah sebaliknya, sehingga makin tipis saja ruang kosong yang tersisa, hidung keduanya hampir bersentuhan.

Detik-detik tersulit untuk mengambil napas, fokusnya sempurna ke bola mata coklat terang gadis itu.

"Aku lapar." tiba-tiba Bintang memcah hening.

Sinta sadar dari diamnya dan cepat-cepat kembali ke posisi semula, "Hah?"

"Perutku lapar. Aku akan keluar dulu sebentar dan membeli makanan. Kau lanjut menulisnya."

"Tidak perlu. Kau duduk saja disini, akan kubuatkan makanan di dapur, tidak akan lama."

Sinta cepat melesat ke dapur, dan menghilang dari pandangan. Bintang menghembuskan napas kemudian menggaruk kepala yang tak sama sekali gatal,

"Dia.. wangi."

***

"Apa yang sedang kau masak?" Bintang muncul di pintu dapur. Ia meletakkan laptop di meja makan kemudian menghampiri Sinta.

"Mamaku pergi membeli bahan makanan, jadi tidak ada yang lain selain mie instan, bagaimana mau tidak?"

"Tidak masalah, tapi biar aku saja yang membuatnya, kau duduk saja dan tonton drama di laptopku." Bintang lansung mengambil alih setelah menarik Sinta duduk.

Awalnya Sinta menolak, pada akhirnya menurut. Ia menonton potongan drama selagi Bintang mengotak-atik dapurnya. Pemeran utama wanitanya sangat mempesona, wajahnya tirus, kulit seputih batu pualam, dan mata-nya hazelnya yang lebar. Pemeran utama pria jauh menarik perhatian Sinta, wajahnya rupawan, hidung bibir dagu serta rahangnya di pahat sempurna membuat Sinta bertanya, dia manusia kan?
Pantas banyak sekali yang tergila-gila pada pria korea. Mereka itu mahakarya, pikir Sinta.
Adegan berada di sebuah perpustakaan, dimana si wanita berusaha mencapai sebuah buku di jajaran rak ter-atas. Tetapi tangannya tak mampu mencapai rak terlebih buku yang ia inginkan. Sinta memperhatikan adegan dengan seksama, dan sesuai dengan yang ia perkirakan, tiba-tiba sebuah tangan lain mencapai buku dengan mudah. Wanita itu berbalik, keduanya saling melempar pandang, sampai pria itu mendekatkan wajahnya dan-
"Sinta mie instan-nya dimana?"

Sinta menekan tombol pause lalu menghampiri sebuah lemari makanan berukuran 50cmx50cm di sisi kanan Bintang, tepat diatas wastafel.

Sinta berjinjit mengambil dua bungkus mie instan. Otomatis ketika tangannnya terulur, kaus-nya ikut tersingkap dan kulit putih polosnya nampak. Namun, bukan hal itu yang Bintang perhatikan, namun berlapis-lapis perban yang menutupi perutnya yang rata. Tiba-tiba perasaan aneh yang tak nyaman menyergap dada Bintang, menimbulkan sensasi sesak dan perih bersamaan.

Bintang lekas menghampiri Sinta, mengambil dua bungkus mie instan yang berusaha Sinta raih dengan tangan-tangannya yang mungil.

Sinta berbalik dan mendongak ke Bintang.

Fate In You (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang